Category: umum


LELILEF MENANAM 2011

Lelilef  adalah satu desa yang baru saja dimekarkan menjadi sebuah kecamatan, yaitu kecamatan weda tengah, lelilef sendiri berada di central weda. desa ini dihuni oleh kira lebih dari 2000 jiwa, dan dibagi menjadi dua desa, yaitu desa Lelilelf Woebulen dan desa Lelilef Sawai. Lelilef Woebulen penduduknya beragama muslim dan Lelilef Sawai bergama Kristen, walau demikian kami hidup sangat ramah, saling menghargai antara satu sama lain..

Desa ini Memiliki kekeyaan alam yang melimpah, teruma nikel… sehingga banyak perusahan tambang yang beroprasi di sana. perusahan pertama melakukan kegiatan penambangan yaitu PT. Weda Bay Nickel, dan sekarang ini adalagi satu perusahan yang masuk yaitu PT. Tekindo Energi, dan ada juga perusahan-perusahan lain yang baru saja masuk…..

Masyarakat kedua desa sangat senang dengan hadirnya perusahan2perusahan tambang diatas, karena dengan hadirnya perusahan tambang, masyrakat ke dua desa sangat berharap dengan hadirnya perushan tambang bisa membawa perubahan, baik dibidang ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan lain-lain.. dan itu telah terbukti PT. Weda Bay Nickel adalah yang pertama kali membawa perubahan tarutama di bidang infrastruktur, pendidikan dan ekonomi, contohnya PT. WBN memberikan bea siswa bagi pelajar yang ada di sekitar lingkar tambang untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi lagi.dan ini bukan hanya dirasakan oleh masyrakat yang ada di desa Lelilef, tetapi seluruh masyrakat Halmahera Tengah…

kami masyrakat desa Lelilef sangat berterima kasih atas bantuan itu, tapi dengan hadirnya perushan tambang diatas selain membawa perubahan, juga membawa polusi, karena perusahan yang beroprasi sangat dengan desa Lelilef…. contohnya : pengangkutan Limeston oleh PT. WBN dari Kilo meter 5 ke bandara dan penimbunan jalan Oleh PT. Tekindo energi… kegiatan ini sangat dan sangat mengganggu dan membuat debu-debu berterbangan di atas desa kami…… dan mungkin akan menjadi desa pengekspor debu terbesar di maluku utara……

dengan adanya masalah diatas, maka kami sebagai putra asli Lelilef Woebulen yang tergabung dalam Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Lelilef (HIPMAL) Woebulen membuat satu kegiatan yang tujuannya untuk mengurangi polusi yang terjadi di desa kami,, kegiatan ini diberi nama LELILEF MENANAM 2011. kami sangat mengharapkan kerja sama dan respon  positif dari berbagai pihak untuk mensukseskan kegiatan ini, teruma perusahan-perusahan yang melakukan kegiatan penambangan,, karena merekalah yang menciptakan polusi di desa kami….. kami sangat bersyukur karena sudah mendapat bantuan berupa pohon dari dinas Kehutanan Kota Ternate.. hanya kata terima kasih yang bisa kami sampaikan mudah-mudahan bantuan bapak bisa berguna dan bermanfaat….

mari menanam,…..

satu orang satu pohon….

satu pohon untuk satu generasi….

hijau itu indah…..

lelilaf hijau 2011

mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan……

mudah-mudahan kegiatan ini bisa selesai sesuai dengan apa yang direncanakan

tak seorang pun akan menyalahkan anda tentang pemanasan global, kecuali anak-anak anda

 

 

STUDY PREPARASI SAMPEL ENDAPAN NIKEL LATERIT HASIL PEMBORAN EKSPLORASI PADA PT. WEDA BAY NICKEL KECAMATAN WEDA TENGAH

KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

PROVINSI MALUKU UTARA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Sebagai Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek

Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

 

Oleh :

Jumahir Badrun

NPM : 12105.10212.06.010

Ismail Asri

NPM : 12105.10212.06.006

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

TERNATE

2011

 

 

 

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita yang tidak terhitung nilai dan harganya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) ini disusun berdasarkan referensi yang dijadikan rujukan untuk penyusunan Laporan Kerja Praktek (KP) ”Study Preparasi Sampel Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi” yang diperoleh langsung dari perpustakaan dan buku-buku kuliah di berbagai perguruan tinggi.

Maksud dan tujuan penulisan laporan Kerja Praktek (KP) usulan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan untuk melanjutkan penelitian Tugas Akhir dalam Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Ternate dan juga menjadi salah satu tuntutan kurikulum. Dengan selesainya penyusunan laporan Kerja Praktek (KP) ini.

Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapka terima kasih kepada :

1.        Bapak Kasman Hi. Achmad, S.Ag, M.Pd, Rektor UMMU Ternate

2.        Bapak Arbi Haya, ST. M.Eng,  Dekan Fakultas Teknik  UMMU Ternate

3.        Bapak Muhammad Djunaidi, ST, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan UMMU Ternate.

4.    Bapak Abjan Hi. Masuara, ST, MT, Sebagai dosen pembimbing yang telah     meluangkan waktunya dalam penyusunan laporan ini.

5.         Bapak Ruslan M. Umar, ST, Sekertaris jurusan teknik pertambangan UMMU Ternate

6.         Bapak Thalib M. Umar, ST Sebagai pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan arahan dan bantuannya.

7.         Seluruh staf dan karyawan PT. Weda Bay Nickel yang telah  banyak membantu selama praktek berlangsung

8.        Para Karyawan  Coreshed PT. Weda Bay Nickel dan PT. Intetek Testing Service.

9.        Para Karyawan PT. Weda Bay Nickel, camp 2 dan camp Sake West.

10.    Seluruh staf dan dosen pengajar teknik pertambangan

11.     Kedua orang tua kami, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang dan pengorbananya yang tiada berkurang.

12.     Teman-teman seprjuangan Angkatan “06” dan seluruh rekan – rekan teknik pertambangan yang selalu memberikan  dorongan moril demi terselesainya penyusunan laporan kerja praktek ini

Akhirnya segala saran dan kritikan yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini akan diterima dengan segala kerendahan hati. Amin

Ternate,    18     Februari 2011

 

PENULIS

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………  i

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………….  ii

Daftar Gambar ………………………………………………………………………………….. vi

Daftar Tabel ………………………………………………………………………………………  vi

BAB I. …. PENDAHULUAN ……………………………………………………………….  1

1.1    Latar Belakang ……………………………………………………………….  1

1.2    Rumusan Masalah …………………………………………………………..  4

1.3    Batasan Masalah ……………………………………………………………..  4

1.4    Tujuan Kerja Praktek ……………………………………………………….  4

1.5    Manfaat Penelitian ………………………………………………………….  4

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti ………………………………………………  4

1.5.2 Manfaat Bagi Akademisi …………………………………………  5

1.5.3 Manfaat Bagi Perusahaan …………………………………………  5

1.6. Metode Penelitian ………………………………………………………….  5

1.6.1 Teknik Pengambilan Data ………………………………………..  5

1.6.2 Jenis-jenis Data……………………………………………………….. 5

1.6.3 Teknik Pengolahan Data…………………………………………. 6

1.7. Bagan Alir Penelitian ……………………………………………………..  7

BAB II….. TINJAUAN UMUM …………………………………………………………… 8

2.1    Lokasi dan Kesampaian Daerah ………………………………………..  8

2.2    Kondisi Geologi  …………………………………………………………..  10

2.3    Geografis Daerah Penelitian ……………………………………………  15

2.3.1 Topografi dan Morfologi…………………………………………. 15

2.3.2 Vegetasi………………………………………………………………… 17….

2.4    Iklim dan Curah Hujan……………………………………………………. 17

BAB III. . DASAR TEORI ………………………………………………………………… 18

3.1 Kegiatan Pemboran Eksplorasi………………………………………….. 18

3.1.1 Pengertian Pemboran Eksplorasi………………………………. 18

3.1.2 Mengeluarkan dan Menyimpan Core………………………… 19

3.1.3 Menghitung Kemajuan Bor dan Core Recovery…………. 20

3.2  Preparasi Sampel……………………………………………………………. 22

3.2.1 Pengertian Preparasi Sampel……………………………………..22

3.2.2 Prosedur Preparasi Sampel………………………………………..23

3.3  Sampling dan Analisa Ayak…………………………………………….. 24

3.3.1 Sampling………………………………………………………………..24

3.3.2 Analisa Ayak…………………………………………………………..24

3.4 Nikel Laterit………………………………………………………………….. 30

3.4.1 Pengertian Nikel Laterit………………………………………….. 30

3.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan

Bijih Nikel Laterit………………………………………………….. 32

3.4.3 Profil Endapan Nikel Laterit……………………………………. 34

BAB IV.   KEGIATAN LAPANGAN…………………………………………………. 37

4.1 Kegiatan Eskplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel………………… 37

4.2 Persiapan Kegiatan Pemboran………………………………………….. 37

4.2.1 Penentuan Titik Bor……………………………………………….. 37

4.2.2 Drill Site……………………………………………………………….. 37

4.2.3 Water Line…………………………………………………………….. 37

4.2.4 Saran Pendukung Lainnya………………………………………. 37

4.3 Kegiatan Pemboran Di Lapangan…………………………………….. 37

4.4 Logging Core dan Sampling……………………………………………. 40

BAB V.   PEMBAHASAN………………………………………………………………….. 44

5.1 Preparasi Sample……………………………………………………………. 44

5.2 Prosedur dan Tahapan-tahapan Kegiatan Preparasi

Sample………………………………………………………………………….. 44

5.2.1 Timbang………………………………………………………………… 44

5.2.2 Drying/Pengeringan………………………………………………… 46

5.2.3 Crusher…………………………………………………………………. 47

5.2.4 Pulverizing…………………………………………………………….. 48

….  5.2.5 Roll Mix………………………………………………………………… 50

5.2.6 Test Kehalusan Sample…………………………………………… 50

5.2.7 Packing…………………………………………………………………. 51

5.2.7 Target Penggilingan Sample…………………………………….. 51

BAB VI.   PENUTUP…………………………………………………………………………. 52

6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 52

5.2 Saran…………………………………………………………………………….. 52

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………. 53

LAMPIRAN

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman

1.  Peta Lokasi Peneltian ………………………………………………………………….  9

2.  Peta Geologi Regional Daerah Halmahera……………………………………… 11

3.  Profil Endapan Nikel Laterit ……………………………………………………….. 36

DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                          Halaman

1.  Data Curah Hujan Dari Tahun 2008-2010 ………………………………………. 17

2.  Komponen Pemboran dan Fungsinya ..………………………………………….. 39

LAMPIRAN

L-1.  Moisture Determination Report

L-2.  Test Kehalusan Sample 200#

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan galian adalah semua bahan atau substansi yang terjadi dengan sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk keperluan industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam maupun non logam dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan.

Dewasa ini penggunaan logam nikel diberbagai sektor industri di dunia semakin meningkat, bagi Indonesia nikel merupakan salah satu komoditi tambang yang utama hingga saat ini masih menjadi komoditi penghasil devisa cukup besar bagi Negara, sehingga nikel laterit merupakan cadangan yang strategis, khususnya bagi Negara kiata yang mempunyai cadangan nikel laterit yang cukup besar untuk dapat memberikan konstribusi memasok kebutuhan nickel di dunia. (Nickel Laterit, PT. Antam Tbk. Unit Gamin, 2003).

Oleh karena itu kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus di lakukan sebelum suatu usaha pertambangan di laksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi itu harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumber daya mineral/bahan galian maupuan kondisi geologi yang ada, agar upaya kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang di maksud dapat di lakukan dengan teliti dan benar (akurat).

Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).

Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:

1.      Contoh ruah (bulk samples)

Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume), pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan masing-masing fraksi.

2.      Konsentrat dulang

Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat     kemagnetan (magnetic separation).

Tingkat kepastian dari penyebaran endapan, jumlah cadangan serta kualitas cadangan merupakan dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan, sehingga peranan kegiatan eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai langkah awal dari seluruh rangkaian pekerjaan dalam industri pertambangan.

Pada tahun 2007, terjadi peningkatan permintaan pasar terhadap bijih nikel. Tingginya permintaan terhadap bijih nikel ini datangnya dari pasar internasional seperti China, India, Jepang dan Eropa Timur. Hal inilah yang melatar belakang salah satu perusahan tambang swasta Indonesia yaitu PT. Weda Bay Nickel, melakukan kegiatan eksplorasi terhadap endapan nikel laterit yang terdapat di Halmahera Tengah, yang gunanya untuk memulai usahanya di bidang pertambangan.

Saat ini PT. Weda Bay Nickel masih dalam tahap eksplorasi dan kontruksi. Kegiatan ekplorasi dilakukan untuk mengetahui bentuk penyebaran biji nikel dan kegiatan kontruksi dilakukan dengan membangun perkantoran, perumahan staf dan karyawan, jalan, laboratorium dan fasilitas penunjang kegiatan pertambangan yang lain, kemudian dilanjutkan dengan pembanguan pabrik. Kegiatan eksplorasi lebih difokuskan agar cepat terselesaikan dan dilanjutkan dengan kegiatan yang lain seperti kontruksi dan penambangan.

Atas dasar latar belakang inilah yang mendorong kami untuk melakukan kerja praktek (KP) dengan judul :

“ Study Preparasi Sampel Endapan Nikel Laterit Hasil Pemboran Eksplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel, Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara ”.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.

2.      Peralatan yang digunakan pada kegiatan preparasi sampel

3.      Hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.

1.3. Batasan Masalah

Adapun dalam kegiatan kerja praktek ini, penulis membatasi masalah pada kegiatan preparasi sampel endapan nikel laterit hasil pemboran eksplorasi di PT. Weda Bay Nickel.

1.4. Tujuan Penilitian

Tujuan dalam melakukan penelitian :

1.      Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam kegiatan preparasi sampel

2.      Untuk mengetahui peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan preparasi sampel

3.      Untuk mengetahui seperti apa hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.

1.5.   Manfaat Penelitian

1.5.1.  Manfaat Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang kegiatan preparasi sample hasil pemboran eksplorasi nikel laterit, disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi peneliti-peneliti   selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama.

1.5.2.  Manfaat Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini merupakan salah satu bahan masukan kepada pihak   lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan dan pemberdayaan   perpustakaan di Fakultas Teknik, khususnya Jurusan Teknik   Pertambangan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

1.5.3.  Manfaat Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan    masukan bagi pihak perusahaan terutama di PT. Weda Bay Nickel.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilapangan dilakukan bebrapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut:

a.    Studi Literatur

Dilakukan dengan mengumpulkan data, referinsi dan informasi-informasi lain yang  terkait dengan judul penelitian.

b. Penelitian langsung di lapangan meliputi : Tahapan-tahapan serta metode preparasi sampel yang digunakan.

1.6.2  Jenis-jenis Data

a.    Data primer, yaitu data yang dikumpulkan baik melalui observasi (pengamatan) maupun wawancara. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data antara lain : tahapan-tahapan preparasi sampel, metode, peralatan yang digunakan, serta hasil akhir dari preprasi sampel. Sedangkan wawancara dilakukan dilapangan terhadap teknisi dilapangan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang begkaitan dengan kegiatan preparasi sampel.

b.   Data sekunder, data yang diperloleh dari hasil pengumpulan beberapa daftar bacaan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, antara lain : lokasi dan kesampaian daerah, kondisi geologi, iklim dan curah hujan, serta vegetasi dan topografi.

1.6.3 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data didasarkan pada data yang diambil langsung dari lapangan, yaitu mendiskripsikan seluruh kegiatan preparasi sampel mulai dari awal hingga akhir kegiatan.

Pengambilan Data

Wawancara :

Mengumpulkan data atau informasi

Yang berkaitan dengan kegiatan preparasi sampel.

Observasi :

Tahapan preparasi sampel

Metode preparasi sampel

-Peralatan yang digunakan

-Hasil sampel

Pengolahan Data

Analisa Data

Hasil Penelitian

 

Bagan Alir Prosedur Penelitian

 

 

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Daerah Tanjung Ulie (Wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay Nickel)  secara administratif terletak di daerah kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara. Secara geografis wilayah Kontrak Karya PT. Weda Bay Nickel, terletak pada titik koordinat 00° 35’ 44,3” Lintang Utara dan 128° 00’ 29,1” Bujur Timur.

Untuk mencapai lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut:

1. Ternate-Tanjung Ulie

Ternate-Tanjung Ulie, Menggunakan pesawat udara Merpati dengan waktu tempuh ± 15 menit.

2. Ternate – Sofifi

Ternate – Sofifi, Dicapai dengan mengunakan transportasi laut (Speed Boat) dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit.

3. Sofifi – Weda

Sofifi – Weda, Dicapai dengan mengunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam.

4. Weda-Lelief (Tanjung Ulie)

Weda-Lelief (Tanjung Ulie), Menggunakan speed-boat atau long boat dengan waktu tempuh ± 2 jam. Alternatif lain bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan roda dua ke Desa Kobe kemudian dilanjutkan ke Desa Lelief (Tanjung Ulie) dengan waktu tempuh 30 menit.

Luas areal eksplorasi yang dikelola oleh PT. Weda Bay Nickel (WBN) adalah sebesar 54.000 Ha dengan 5 lokasi pertama oleh PT. Weda Bay Nickel adalah weda project, kemudian Pinto, Boki Makot, Sake West, dan Uni-uni (Tarzan).

 

2.2. Kondisi Geologi

2.2.1 Geologi Regional Pulau Halmahera

Pulau Halmahera didominasi oleh batuan vulkanik dimana berjalannya waktu menjadi lingkungan batuan tertua, dibagian selatan tersingkap di pulau Bacan juga pulau Obi dan sekitarnya yaitu batuan metamorf skis kristalin berumur jura. Wilayah ini merupakan busur kepulauan sejak akhir paleogen, dimana batuan vulkanik berumur akhir dengan batuan klastik sedimen karbonat yang diperkirakan merupakan aktivitas vulkanik pada lingkungan laut. (Pushehsrosvky, 1973).

Mandala tektonik Halmahera Timur (Gag, Gebe, Weda, dan Waigeo) dicirikan dengan batuan ultra basa, sedangkan Halmahera Barat (Morotai, Bacan dan Obi) oleh batuan gunung api. Zona perbatasan antara kedua mandala tersebut terisi oleh batuan formasi weda yang sangat terlipat dan tersesarkan, disebut garis meridian. Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda berumur miosen tengah-pliosen awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-barat daya dan barat laut tenggara. Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik, umumnya berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. (Silitonga, 1985).

Kegiatan tektonik kemungkinan dimulai pada kapur dan awal tersier, dicirikan oleh adanya komponen batu lempung berumur kapur dan batuan ultra basa didalam konglomerat yang membentuk formasi dorosagu. (Silitonga, 1985).

Akibat dari perkembangan tektonik tersebut, maka Maluku Utara dan (Pulau Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya) dikelompokkan menjadi tiga wilayah tektonik (R. Sukamto dkk, 1980 ; R. Sokamto dan Suhanda, 1977). Masing-masing wilayah ini berbeda dari segi fisiografi, kelompok batuan yang membentuknya, stratigrafi struktur dan perkembangan tektonik.

Kab. Halmahera Tengah

  • Mandala Geologi Halmahera Timur, batuan tertua daerah ini dibentuk oleh Satuan batuan ultra basa yang sebarannya cukup luas dan satuan  batuan beku basa, serta satuan batuan beku intermediate yang mengintrusi kedua satuan batuan sebelumnya.
  • Satuan Batuan Ultra Basa terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit, umumnya berwarna hitam atau hitam kehijauan, getas, terbreksikan, mengandung asbes dan garnerit. Pada satuan ini teramati batuan metasedimen dan rijang, posisinya diantara sesar dalam batuan ultra basa.Satuan batuan ini oleh Bessho, 1994, dinamakan Formasi Watileo (Watileo Series), hubungannya dengan satuan batuan yang lebih muda berupa bidang ketidakselarasan atau bidang sesar naik.
  • Satuan Batuan Beku Basa, terdiri dari gabro piroksen, gabro hornblende dan gabro olivine, tersingkap di dalam komplek Satuan Batuan Ultra Basa dan ini dinamakan Seri Wato-wato( Bessho,1944)
  • Satuan Batuan Intermediate, terdiri dari batuan diorit kuarsa dan diorit hornblende, tersingkap juga dalam komplek batuan ultra basa. Selain itu teramati sejumlah retas andesit dan diorit yang tidak terpetakan  di daerah Formasi Bacan.
  • Secara tidak selaras, batuan tertua ini ditutupi oleh Formasi Dodaga yang tersusun oleh serpih berselingan dengan batugamping coklat muda dan sisipan rijang yang berumur Kapur
  • Satuan Batugamping, dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) oleh ketidakselarasan dan dengan batuan yang lebih muda oleh sesar, tebal kurang lebih 400 meter. Satuan ini berumur Paleosen – Eosen
  • Formasi Dorosagu, terdiri dari batupasir berselingan dengan serpih merah dan batugamping,. Hubungan dengan batuan yang lebih tua (ultra basa) berupa ketidakselarasan dan sesar naik, tebal ± 250 meter. Formasi ini diduga  berumur Paleosen – Eosen.
  • Satuan Konglomerat, tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan batupasir, batulempung dan batubara yang tebalnya lebih dari 500 meter. Satuan ini berumur Kapur Atas.
  • Formasi Bacan, tersusun oleh batuan gunungapi berupa lava, breksi, dan tufa dengan sisipan konglomerat dan batupasir. Oleh adanya sisipan batupasir dapat diketahui umur Formasi Bacan yaitu Oligosen – Miosen Bawah.
  • Formasi Weda, terdiri dari batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan batugamping. Formasi Tingteng. Formasi ini identik dengan Weda series ( Bessho, 1944 ). Formasi ini berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen
  • Satuan Konglomerat, berkomponen batuan ultra basa, basal, rijang, diorit, dan batusabak tebal ± 100 meter, menutupi satuan batuan ultra basa secara tidak selaras, diduga berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen.
  • Formasi Tingteng, tersusun oleh batugamping hablur dan batugamping pasiran dengan sisipan napal dan batupasir, berumur Akhir Miosen – Awal Pliosen, tebal ± 600 meter.
  • Formasi Kayasa, berupa batuan gunungapi terdiri dari breksi, lava dan tufa diduga berumur Pliosen.
  • Satuan Tufa, utamanya tufa batuapung berwarna putih dan kuning.

2.2.2 Geologi Lokal Daerah Penelitian

Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa pelapukan batuan ultra basa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan nikel (Ni) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garnierite (Ni Mg)3 SiO2 Os (OH)4 pada  lapisan saprolit terbentuk pula mineral himatit (Fe2 O3 ) pada lapisan laterit. Singkapan batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning kecoklatan berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi atau pinggir.

Tampak pula batuan ultra basa pada penelitian ini telah mengalami proses serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi. Pembentukan endapan bijih nikel laterit brecia sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik lempeng. Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya bagian yang lemah seperti perakahan, retakan, sesar dan sebagiannya. Pada lapangan terlihat bahwa banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh mineral-mineral sekunder (silica dan magnetit).

Litologi endapan nikel didaerah ini hampir seluruhnya berasal dari pelapukan batuan ultra basa yang lebih dikenal dengan sebutan endapan bijih nikel laterit : harzburgit merupakan batuan asal penghasil nikel tersebut, secara umum disusun oleh mineral-mineral olivine dan ortopiroksine. Olivine itu sendiri mengandung nikel dalam jumlah kecil ± 0,25%, kemudian mengalami pengayaan hingga mencapai kadar bijih tertentu. Proses pelapukan pada batuan ultra mafik tersebut antara lain oleh pensesaran, perlipatan, dan pengkekaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama dan berulang-ulang sehingga mineral penyusunnya mengalami desintegrasi dan dekomposisi.

Stratigrafi daerah Weda project disusun oleh beberapa batuan diantaranya adalah batuan ultra basa dan batuan sediment kapur :

–     Batuan Ultra Basa :

Dunit umumnya berwarna hijau tua franerik, granular eahedral dalam keadaan segar, dan mengandung olivine > 90% dan piroksin. Harzburgit : berwarna hijau tua, fanerik sedang, granular subhedral mengandung piroksin dan olivine.

–     Batuan sedimen kapur

Berupa batu gamping berwarna putih kelabu dan merah, berbutir halus-sedang, mengandung banyak fosil dan plankton, menunjukkan umur kapur akhir dengan pengendapan laut dalam.

2.3.  Geografis Daerah Penelitian

2.3.1 Topografi dan Morfologi

Secara umum  ciri khas yang menonjol pada lokasi penelitian adalah Topografi yang landai dan ditandai dengan kemiringan lereng yang sangat curam dengan kemiringan lereng yang berkisar ± 35° – 45°. Daerah dataran hanya ditemukan pada beberapa tempat disepanjng daerah pesisir pantai.

Sumber : PT.Weda Bay Nickel

Gambar 2.3 Peta Topografi dan Morfologi

Kondisi morfologi daerah penelitian, merupakan daerah perbukitan yang berlereng curam dengan ketingian  mencapai ± 400 – 500  meter diatas permukaan laut. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya pungungan utama yang kemudian di batasi oleh lembah hingga lereng dengan kedalaman yang sangat berfariasi dan daerah ini dicirikan oleh batuan ultra basa yang menjadi penyusun utama dari daerah ini.

2.3.2    Vegetasi Daerah Penelitian

Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya dapat dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis pantai daerah PT. Weda Bay Nickel dan sekitarnya. Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari pohon kelapa, pohon ketapang, dan pohon nyamplung. Tumbuhan bawah yang terdiri dari tanaman pandan, rumput-rumputan, alang-alang dan sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh sebagian vegetasi yang hampir sama dikepulauan Halmahera dan sekitarnya. Pada bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum seperti cemara, pinus irian, damar, dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.

2.4     Iklim dan Curah Hujan

Keadaan iklim daerah Santa Monica, PT. Weda Bay Nickel pada dasarnya sama dengan keadaan iklim Indonesia pada umumnya dan daerah-daerah di Wilayah Propinsi khususnya, yaitu daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan dari tahun 2008-2010, rata-rata 307,3 mm/tahun. Musim yang berlangsung setiap tahun dipengaruhi oleh keadaan angin yaitu musim utara dan musim selatan diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan masa transisi antara kedua musim tersebut.

TABEL 2.1 CURAH HUJAN TAHUN 2008 – 2010

WBN – RAINFALL DATA  at Bukit Limber (mm) Average
Month/Year 2008 2009 2010 2008-2010
January 181.4 307.2 342.4 277.0
February 318.4 428 337.4 361.3
March 144.6 227 300 223.9
April 408.8 308 427.2 381.3
May 398.6 298.4 422.8 373.3
June 500.4 383.4 310.4 398.1
July 588.4 110 409.8 369.4
August 336.3 353.2 355.1 348.2
September 216 22.2 208.2 148.8
October 324 110.8 178 204.3
November 226.2 281 253.6
December 433.8 205.6 319.7
Total Rainfall (mm) 4076.9 3034.8 3291.3 3467.7
Max Monthly Rainfall 588.4 428.0 427.2 481.2
Average 339.7 252.9 329.1 307.3
# Raindays (>0.2mm) 268 222 222 237.3

Sumber : (PT. Weda Bay Nickel 2010)

 

BAB III

DASAR TEORI

3.1     Kegiatan Pemboran Eksplorasi

3.1.1  Pengertian Pemboran Eksplorasi

Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun suatu areal yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya. Istilah eksplorasi geologi yang di pergunakan adalah mencari tahu keberadaan suatu obyek geologi yang pada umumnya berupa cebakan mineral.

Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang daimeternya relative kecil bila di bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan pengambilan conto (sample).

Tujuan pemboran secara umum adalah :

1.      Untuk mengetahui/mempelajari data/informasi geologi (batuan, stratigrafi, struktur, mineralisasi).

2.      Eksplorasi mineral dan batubara

3.      Kontrol pertambangan

4.      Keperluan perhitungan cadangan

5.      Penirisan tambang

6.      Ventilasi tambang

7.      Geoteknik

8.      Untuk Persiapan eksploitasi bahan tambang

9.      Sebagai sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika)

10.  Untuk peledakan.

Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang di lakukan adalah untuk menetukan zona mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat di hentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

3.1.2 Mengeluarkan dan Menyimpan Core

a. Membuka/mengeluarkan core

1.      Buka dengan menggunakan kunci innertube bagian head dan core lifter case

2.      Pastikan dop terpasang

3.      Sambungan bagian yang ada dopnya (posisi head) dengan join ke pompa air

4.      Berikan tekanan pompa secara perlahan sehingga split innertube terdorong keluar

5.      Pada split mulai terdorong oleh tekanan pompa, pegang split tersebut jangan sampai jatuh

6.      Setelah core di keluarkan, bersihkan split, innertube, core lifter

7.      Pasang core lifter case, lumuri split dengan pelumas dan masukan kedalam innertube dengan didorong, pasang dop, pasang head innertube, maka innertube assay siap di pergunakan.

 

b. Menyimpan Core

1.      Siapkan core box

2.      Belah split innertube tadi pada posisi datar

3.      Ukur dan catat panjang core yang ada pada split innertube

4.      Masukkan core pada core box mulai dari bagian atas/head innertube (bagian core yang pertama masuk pada innertube)

5.      Posisi core searah

6.      Tuliskan kedalaman bor (dari – sampai) pada core box dengan posisi kedalaman awal pada bagian core sebelah atas dan kedalaman yang di capai pada posisi core sebelah bawah

7.      Tuliskan pada bagian muka core box, nomor box, kode titik bor, size penginti, dan tulis pada bagian samping kedalaman bor (dari – sampai) dimana box penuh

8.      Tiap box terdiri dari lima alur penyimpanan core dengan panjang isi 1 meter

9.      Simpan core box pada tempat yang aman.

1.1.4 Menghitung Kemajuan Bor dan Core Recovery

a. Menghitung kemajuan bor

1.      Sambungan Dalam Spindel : Setelah bor di hentikan mata bor tetap pada posisi bottom, spindle posisikan ke nol, beri tanda. Angkat rangkaian roods sampai sampai sambungan terlihat di atas spindle. Kunci roods dengan chuck. Ukur dari batas tadi sampai sambungan, kurangi tinggi spindle dengan hasil pengukuran, maka selisihnya adalah panjang roods yang muncul di permukaan tanah, jumlah rangkaian rood dan core barrel dikurangi selisih pengurangan tinggi spindle, maka hasilnya adalah kedalaman bor. Untuk menjumlahkan rangakaian, rood yang belum masuk kebawah permukaan tanah/casing tidak dihitung

2.      Sambungan di bawah permukaan tanah/casing : Bor posisi netral, beri tanda pada rood sejajar permukaan tanah atau casing, angkat rangakaian sampai terlihat sambungan, ukur dari batas sampai sambungan. Hitung rangkaian rod dan core barel (rod bagian atas di abaikan) dan jumlahkan dengan panjang rod hasil pengukuran (pengukuran dari batas sampai sambungan), maka hasilnya adalah kedalaman bor

3.      Sambungan di bawah spindle, di atas permukaan tanah atau casing dalam perhitungan kedalaman dengan mengabaikan rod bagian atas. Ukur dari sambungan ke permukaan tanah/casing. Jumlah rangkaian rod dan core barel di kurangi hasil pengukuran, itulah kedalaman bor.

b. Menghitung Core Recovery

Core recovery, kemajuan dan kedalaman bor dihitung dan di catat pada form laporan, ini penting di karenakan kualitas product pengeboran adalah besarnya core recovery yang dihasilkan (max 100%).

Prinsip menghitung core recovery :

 

 

Pengukuran panjang core sebaiknya dalam split tube/innertube.

Kemajuan bor adalah kedalaman akhir dikurangi kedalaman awal.

 

1.2 Preparasi Sampel

3.2.1 Pengertian Preparasi Sampel

Preparasi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis, yang metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan. Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat 2 jenis preparasi:

1.      Contoh ruah (bulk samples)

Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan (pengukuran volume), pencucian, pendulangan, pengeringan, pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan masing-masing fraksi.

2.      Konsentrat dulang

Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat kemagnetan (magnetic separation).

3.2.2 Prosedur Preparasi Sampel

Sebelum dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara umum preparasi untuk contoh adalah sebagai berikut:

1.   Pengeringan

Contoh yang diterima dalam keadaan basah dikeringkan terlebih dahulu di udara terbuka atau dalam oven dengan temperatur di bawah 1000 C.

 

 

2.   Penumbukan

Penumbukan hanya dilakukan terhadap contoh berupa sedimen dan batuan padat untuk mendapatkan butiran mineral dan fragmen batuan yang halus, tanpa merusak bentuk aslinya.

3.   Penimbangan

Contoh yang sudah kering ditimbang dan dicatat dalam formulir analisis.

4.   Pembagian

Pembagian contoh (cone quartering/splitting) dilakukan apabila berat contoh yang diterima melebihi kebutuhan (> 1000 gram).

5.   Pengayakan

Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan mineral berdasarkan perbedaan ukuran besar butirnya. Sehingga diperoleh 6 fraksi butiran berukuran lebih besar dari 2 mm, 1 mm, 1/2 mm, 1/4 mm, 1/8 mm, dan lebih kecil dari 1/8 mm.

7.   Penghitungan komposisi fraksi

Setiap fraksi dihitung persentasenya terhadap berat contoh asal.

 

3.3    Sampling dan Analisa Ayak

3.3.1 Sampling

Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap awal dari suatu analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi representatif. Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material, sedemikian rupa sehingga contoh mewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam melakukan pengambilan, lebih baik mengambil contoh beberapa kali dengan jumlah kecil daripada mengambil contoh hanya sekali dengan jumlah yang banyak.

Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah :

1.    Ukuran Populasi

Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah contoh yang harus diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.

2. Increment

Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.

3.    Bentuk dan ukuran material

Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling.

Ada dua mekanisme sampling, yaitu :

1. Hand sampling

Hand sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan dengan tangan. Cara ini sangat sederhana, sehingga hasilnya sangat tergantung pada ketelitian operatornya. Cara pengambilan contoh secara hand sampling ini ada beberapa macam yaitu :

a. Grab sampling

Grab sampling adalah cara pengambilan sampel yang paling sederhana. Cara ini memerlukan ketelitian dari operatornya dan dilakukan apabila material yang akan diambil benar-benar homogen (serba sama). Cara pengambilannya dengan menggunakan sekop tangan dengan jumlah yang sama dan dalam interval tertentu. Sampel yang diperoleh biasanya kurang representatif.

b. Shovel sampling

Shovel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menggunakan shovel. Dengan cara ini mempunyai keuntungan antara lain adalah lebih murah, waktu yang diperlukan sedikit, dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Syarat pengambilannya dengan metode ini adalah bahwa sampel yang diambil tidak boleh lebih dari dua inci ukuran butirnya.

c. Stream sampling

Stream sampling adalah cara pengambilan contoh dengan menggunakan alat yang disebut hand sampel cutter. Sampel yang diambil harus berupa pulp basah dan diambil searah aliran yang ada pada stream tersebut.

 

 

d. Pipe sampling

Pipe sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat pipa atau tabung dengan diameter ½ inchi, 1 inchi, 1,5 inchi. Bentuk dari alat ini berupa pipa dengan ujung yang satu dibuat rinci dan ujung lainnya dibuat untuk pegangan. Pipa tersebut terdiri dari dua buah pipa dimana yang ada dibagian dalam berukuran lebih kecil, sehingga antara kedua pipa tersebut terdapat celah untuk tempat sampel nantinya. Cara ini dipakai apabila material yang akan diambil berupa material padat yang tidak terlalu keras dan halus. Cara pengambilannya hanya dengan menekankan alat tersebut pada material yang akan diambil dengan posisi tegak lurus, kemudian pipa diputar kekanan dan kekiri kemudian diangkat.

e. Coning and Quartering

Cara ini merupakan cara yang tertua tetapi masih banyak digunakan dalam laboratorium. Langkah-langkah yang dilakukan dalam cara ini adalah :

1.    Dilakukan pencampuran (mixing) terhadap material yang akan diambil sebagai contoh.

2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut (cone)

3.    Kerucut tersebut ditekan hingga bagian atasnya rata membentuk kerucut terpotong, kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama besarnya.

4.    Seperempat  bagian yang bersilangan diambil sebagai sampel untuk dianalisa

1. Mechanical Sampling

Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengambil contoh dalam jumlah banyak dibandingkan dengan cara hand sampling. Disamping itu dengan cara ini akan didapat hasil yang lebih representative dari pada “ Hand Sampling . Dari hasil pengambilan contoh baik dengan metode “Hand sampling “ maupun “mechanical sampling”, sebagai langkah selanjutnya adalah melakukan pengalisaan. Contoh alat termasuk mechanical sampling adalah :

a. Riffle sampler

Alat ini bentuknya berupa persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-Riffle inilah yang berfungsi sebagai pembagi contoh tersebut dengan harapan dapat terbagi sama rata.

b. Vezin sampler

Alat ini pada bagian dalamnya dilengkapi dengan “revolting cutter”. Yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk suatu area yang bulat/bundar sehingga diharapkan dapat memotong seluruh alur dari bijih.

3.3.2 Analisa Ayak

Tujuan dari analisa ayak adalah:

1.        Mengetahui kuantitas produksi suatu alat.

2.        Mengetahui distribusi partikel pada ukuran tertentu.

3. Mengetahui “ Ratio of Concentration”

4.        Mengetahui “Recovery”.

Dalam analisa ayak ini diperlukan peralatan yang menunjang antara lain adalah :

–       Screen (ayakan)

–       Timbangan

–       Microscop

Standar ukuran yang dipakai dalam screen dapat dinyatakan dalam mesh maupun dalam metrik (mm). untuk ukuran dalam mesh maka makin besar  angkanya berarti makin halus material itu. Tetapi sebaliknya untuk metric (mm), semakin besar angkanya maka akan semakin besar pula ukuran material itu.

Untuk mesh disini yang dimaksud adalah bahwa dalam satu inchi persegi screen terdapat lubang sebanyak sekian lubang, tergantung numeriknya, misalnya 20 mesh berarti dalam satu inchi persegi terdapat 20 lubang. Jadi dalam mesh ini bukan menunjukkan besarnya diameter dari partikel, tetapi menunjukkan berapa banyaknya lubang pada screen setiap inchi persegi.

Pelolosan material dalam pengayakan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain adalah :

a.    Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan.

b.    Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan.

c.    Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel.

d.   Komposisi air dalam material akan diayak.

e.    Letak pelapisan material pada permukaan sebelum diayak.

Kapasitas screen pada umumnya tergantung pada :

a.  Luas penampang permukaan screen

b.  Ukuran bukaan

c.  Sifat lainnya dari feed : seperti berat jenis, kandungan air, dan temperature.

d. Tipe dari mechanical screen yang di gunakan

Effisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai perbandingan dari energy out put dengan input. Dengan demikian dalam screening bukannya effisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi. Effisiensi secara umum dalam screen tergantung pada beberapa hal sebagai berikut :

a.       Lamanya feed didalam atau diatas screen

b.      Jumlah lubang yang terbuka

c.       Kecepatan feed

d.      Tebal lapisan feed

e.       Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang diolah.

 

 

 

3.4 Nikel Laterit

3.4.1 Pengertian Nikel Laterit

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (Root of weathering).

3.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit

1. Batuan Asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

2. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

3. Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan:

1.    Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan

2.    Akumulasi air hujan akan lebih banyak

3.    Humus akan lebih tebal.

Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

4. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

5. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

3.4.3. Profil Endapan Nikel Laterit

Profil endapan nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradsi sebagai berikut:

1. Iron Capping

Berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

 

2. Limonite Layer

Berwarna merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork

Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. Saprolite

Merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

 

 

5. Bedrock

Merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

 

 

BAB IV

KEGIATAN LAPANGAN

4.1     Kegiatan Eksplorasi Pada PT. Weda Bay Nickel

Kegiatan eksplorasi pada PT. Weda Bay Nickel meliputi beberapa pekerjaan yang dilaksanakan antara lain persiapan kegiatan pemboran, kegiatan pemboran, logging core, sampling, hingga preparasi sampel. Kemudian dilanjutkan dengan analisa kimia (assay).

4.2     Persiapan kegiatan pemboran

Dalam persiapan kegiatan pemboran, dilakukan beberapa pekerjaan antara lain :

4.2.1 Penentuan titik bor

Penentuan titik bor dilakukan oleh tim survai dengan menggunakan  alat ukur Total Station sesuai dengan perencanaan yang telah di buat terlebih dahulu oleh departemen eksplorasi, kemudian di lakukan pengukuran ulang setelah kegiatan pemboran untuk mengetahui pergeseran titik bor jika ada perubahan koordinat.

 

4.2.2 Drill site

Drill Site adalah tempat yang dipersiapkan untuk melakukan aktivitas pengeboran, luas drill site sesuai SOP adalah 6×8 meter.

 

Sumber : Dokumentasi Penulis 2010

Gambar 4.1 Drill site pada lokasi penelitian

4.2.3 Water line

Yang dimaksud dengan water line adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan suplai air dari sumbernya menuju drill site untuk keperluan pemboran.

4.2.4 Sarana pendukung lainnya

Sarana pendukung yang dibutuhkan untuk kegiatan pemboran berupa Core box, core block, alat tulis dan meteran serta peralatan lainnya.

4.3     Kegiatan Pemboran Di Lapangan

Kegiatan pemboran pada PT. Weda Bay Nickel dilakukan dengan menggunakan slim rotary drilling (triple core barrel).

 

Tabel 4.1.  Komponen pemboran dan fungsinya

ALAT FUNGSI SPESIFIKASI
Mesin bor memutar rod Yanmar TF-155
  mengangkut rod
  Transportasi
Mesin pompa mengatur sirkulasi fluida bor (pembilas) Yanmar TF-55
Derek/menara menyangga beban Top Hole
Hoist – mengangkat rod, casing, core barrel

– transpor alat

Rod – mengantar rod dan bit

– meneruskan tenaga ke bit

– menyalurkan fluida

NQ
Bit memotong/menghancurkan batuan Diamond seri 2 – 6
Core barrel menampung core Triple core barrel
Core box penyimpanan core
Fluida bor – mengangkut cuttings ke permukaan

– mendinginkan bit

– membantu memecah batuan

– menyangga dinding agar tidak ambruk

– meredam getaran

Polimer
Reiming shell memperbesar lubang
Chuck memegang rod
Pompa hidraulik mengatur WOB
Drill collar menambah WOB
Core lifter menahan core dalam core barrel

 

Dalam pelaksanaan pemboran, proses pengambilan inti bor (core) sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang ditetapkan oleh perusahaan.  Dilakukan maksimal setiap kedalaman 1 m, jika core recovery yang didapat >90% dan akan diperpendek menjadi 0,50 m, dan 0,30 m jika core recovery <90%.

Core yang didapat selanjutnya diukur untuk mengetahui core recovery, kemudian disimpan dalam core box dan dipisahkan sesuai kedalaman pemboran dengan menggunakan core block. Rangkaian proses ini disebut sebagai Perlakuan sampel, dan hal yang harus diperhatikan adalah pengukuran core dan posisi penyimpanan core jangan sampai terbalik.

 

4.4     Logging core dan sampling

Setelah pemboran selesai dilaksanakan, maka selanjutnya sampel dikirim ke Coreshed untuk di lakukan logging.

Adapun prosedur kerja logging core adalah :

1.      Tentukan batasan lithotype ( limonite, saprolite dan bedrock ), dengan menggunakan pita berwarna kuning.

2.      Tentukan rubble zone (zona pecahan) dengan menggunakan pita putih. Rubble zone merupakan yang panjangnya <5 cm yang berada dalam zona saprolite.

3.      Tentukan batasan corestone dengan menggunakan pita biru. Batuan dianggap sebagai corestone bila memiliki panjang ≥5 cm, dan umumnya keras.

4.      Tentukan batasan yang akan disampling dengan menggunakan pita merah. Panjang maksimal break sampling adalah 1,5 m dan minimal 0,5 m.

Tujuan dari logging core adalah untuk mengetahui ketebalan setiap lapisan, serta  deskripsi lainnya untuk interpretasi bawah permukaan. Dan data logging core nantinya akan dikomparasikan dengan data assay.

Sumber : Dokumentasi Penulis 2010

Gambar 4.3 Sampel yang telah di logging core

Setelah di logging, selanjutnya dilakukan sampling yaitu kelanjutan dari logging core, dimana kegiatan ini bertujuan mengambil setengah dari core yang telah dideskripsi dan diberikan tanda break sampling guna keperluan preparasi sampel, dan setengahnya disimpan untuk berbagai keperluan (Arsip).

4.5 Preparasi Sample

Preparasi sample merupakan suatu pekerjaan untuk mempersiapkan sample dikirim kelaboratorium untuk dianalisis kadar nikelnya. Sebelum sample dianalisis, terlebih dahulu dilakukan preparasi dengan tujuan untuk mereduksi baik jumlahnya maupun ukuran butirnya sampai dengan kehalusan 200 mesh      yang representatif dari sample itu sendiri.

Langkah – langkah dalam melakukan preparasi sample :

1.   Catat berat sample dari lapangan kemudian sample tersebut ditumpahkan ke basin untuk dilakukan pengeringan pada oven selama 24 jam dengan temperatur  ± 105 0 C.

2.   Sample yang sudah dalam kondisi kering kemudian ditimbang untuk mengetahui berat keringnya

3.   Setelah mengetahui berat keringnya sample langsung dimasukkan kedalam mesin penghancur ( Jaw Crusher ) untuk dilakukan crushing sampai dengan fraksi 5 mm kemudian dimixing dan direduksi sampai sample tersebut dianggap homogen dengan menggunakan Pullpress.

4.   Cek hasil pulverizing apakah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh       (95 % harus lolos 200 mesh), bila tidak tercapai maka dilakukan pulverizing kembali dengan cara sample dipanaskan terlebih dahulu kemudian dilakukan pulverizing dengan set waktu tambahan 1 menit dan dicek kehalusan sample kembali

5.   Setelah kehalusannya sudah mencapai 200 mesh sample dimixing dan displitting untuk kemudian diambil 100 gram untuk dianalisis dan sisanya dijadikan duplikat.

6.   Sample hasil pulverizer dimasukkan kedalam box sample sesuai dengan titik bor dan kode hasil preparasi kemudian dikirim ke laboratorium analisis di Jakarta.

 

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Preparasi Sample

Preaparasi Sample yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui berapa kadar ore yang ada pada lokasi pemboran atau yang akan ditambang, apakah lokasi tersebut layak untuk ditambang atau tidak, tergantung dari hasil kegiatan Preparasi Sample. Kegiatan Preparasi sample pada PT. Weda Bay Nickel ditangani oleh PT. Itertek Testing Services.

5.2 Prosedur dan Tahapan-Tahapan Kegiatan Preparasi Sample

5.2.1 Timbang

Sample yang sudah dibor dilapangan kemudian dimasukan ke core shed untuk dilogging dan disampling. Sample dilogging dan disampling sesuain dengan nomor core box. Kemudian di masukan ke laboratorium untuk di preparasi.

Setelah sample diterima dari core shed, langkah awal yang dilakukan yaitu sample ditimbang. Sebelum sample ditimbang, sample harus dicek kembali. Pastikan sample sudah pada urutannya dimilai dari nomor yang terkecil sampai pada nomor terbesar dan lihat nomor digit pada lebel alumunium tag yang ada didalam tray. Setelah sample cek dan tidak ada masalah, sample tersebut kemudian di timbang untuk mengetahui berapa berat dan kadar air pada  sample, dan untuk menghitung moisture. Sebelum di masukkan kedalam oven pengering. Sample di timbang, timbangan yang gunakan yaitu timbangan digital              AND FG < 30 KAM, timbangan ini dapat menimbang sample dengan berat maximal 30 kg.

Sumber : Dokumentasi Penulis 2010

Gambar 5.1 Proses penimbangan sample

Sample ditimbang sesuai dengan nomor urut sample yang sada di didalam tray, dimulai dari nomor yang paling kecil. Sample yang sudah ditimbang kemudian diatur diatas troly, sample yang beratnya lebih dari 2 kg dibagi menjadi dua tray, untuk mempermudah proses pengeringan didalam oven

5.2.2 Drying/Pengeringan

Setelah semua sample ditimbang dan telah diatur diatas troly, sample tersebut kemudian dimasukan kedalam oven pengering. Oven hanya mampu menampung satu buah troly, sedangkan satu troly mampu menampung sample sebanyak 150 sample yang sudah diletakan didalam tray. Sample yang diatur diatas troly tidak bias terlalu banyak, karena akan memperlambat proses pengeringan. Sample dikeringkan selama 1 X 24 jam atau satu hari, dengan suhu 1050 C, dalam pengeringan sample ini suhu tidak boleh lebih dari 1050 karena akan mengurangi elemen-elemen  dari sample tersebut.

 

5.2.3 Crusher

Crusher yaitu tahapan untuk menghancurkan sample yang sudah dikeringkan didalam oven. Tetapi sebelum sample dihancurkan, Sample yang sudah dikeringkan kemudian diditimbang lagi untuk mengetahui berapa % kadar air yang hilang setelah sample dikeringkan, atau untuk menghitung moisture.

Rumus menghitung moisture :

WT1 + WT2

WT1

 

Keterangan :

WT1 : Berat Sample Sebelum ditimbang (berat basah)

WT2 : Berat Sample Setelah dikeringkan (berat kering)

Selanjutnya sample yang sudah ditimbang kemudian dihancurkan (crusher) dengan menggunakan mesin jaw crusher. Sample dihancurkan dengan  5 mm. pada tahapan ini seteleh menghancurkan satu sample, mesin crusher dibersihkan dengan menggunakan barren wash (batu pembersih

5.2.4 Pulverizing

Setalah semua sample sudah dihancurkan, kemudian digiling dengan ukuran butir 200 mesh (200 lubang ayak). Sample yang sudah dihancurkan kemudian dituangkan ke dalam bowl dan selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin penggiling untuk digilling. Mesin penggiling yang digunakan yaitu mesin LAB TECHNIK dari Australia (LM 02). Ada tiga jenis bowl yang digunakan pada tahapan ini yaitu :

1.    Bowl 500, bowl ini hanya digunakan untuk menggiling sample jenis tanah. Bowl ini hanya bisa menggiling sample dengan ukuran maksimal 400-500 gr.

2.    Bowl 1000, bowl ini bisa digunakan untuk menggiling sample jenis tanah dan batu, namun untuk sample jenis tanah, waktunya tidak terlalu cepat, karena bowl ini menggunakan disc seperti pada bowl 500, bowl ini menampung sample dengan ukuran maksimal 700 gr.

3.    Bowl 2000, bowl ini sama dengan bowl 1000 namun ukurannya lebih besar, sehingga mampu menggiling sample dengan ukuran maksimal    1 – 2,7 kg.

Waktu penggilingan tidak ditentukan karena ada sample yang cepat halus digiling dan ada juga yang lama digiling tergantung volume sample dan type sample. Untuk sample yang ukurannya lebih dari 2 kg akan digiling 2 kali, karena daya tampung dari bowl tidak sampai 2 kg.

Pada proses penggilingan ini, setiap selesai menggiling sample bowl harus dibersihkan  dengan barren wash/batu batu pembersih yang digunakan yaitu batu rijang (chert), untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada sample.

5.2.5 Roll Mix

Roll mix yaitu suatu metode yang digunakan dalam kegiatan preparasi sample, tujuannya untuk menyatukan sample yang digiling, sample yang di roll mix hanya yang digiling dua kali, untuk sample yang hanya digiling  satu kali tidak perlu di roll mix. Setelah diroll mix, untuk sample yang nomornya masuk pada test kehalusan sample, dibawa ke meja test kehalusan, sedangkan untuk sample yang nomornya tidak masuk pada test kehalusan sample langsung diambil sekitar 100 gr untuk dikirim ke LAB ITS Jakarta untuk dianalisa, dan sisanya dimasukan kegudang sebagai arsip.

 

5.2.6 Test Kehalusan Sample

kehalusan sample harus selalu di test setiap 20 sample dan dicatat dalam buku yang telah disediakan.

test kehalusan sample menggunakan ayakan 200# (200 lubang ayak) dengan ketentuan bahwa % kehalusan (-200#):95 %-100% atau % kekasaran (+200#):0-5%.

jumlah sample yang akan di ayak untuk di test tidak boleh tidak terlalu sedikit, (minimum 30 gr) apabila terlalu sedikit,dianggap tidak mewakili.

Rumus test kehalusan sample :

 

Dimana :

A    = Berat Halus (gr)

B     = Berat Kasar (gr)

A+B = Total Berat (gr)

5.2.7 Packing

Yaitu akhir dari tahapan preparasi sample. Sample yang  sudah  di masukan ke  kedalam  packet  kecil, kemudian di masukan  lagi  kedalam  karton kecil lalu   bungkus dengan karung yang  sudah di sediakan untuk  dipacking. selanjutnya sample  yang  sudah  dipacking itu kemudian  di timbang dan selanjutnya  dibawa ke kantor untuk dikirim ke  Jakarta.

 

 

5.2.8 Target Penggilingan Sample

Target penggilingan sample yang diberikan PT. Weda Bay Nickel kepada PT. ITS yaitu satu hari ITS harus menggiling sample sebanyak 100 sample. Dalam satu hari ITS mampu manggiling sample sebanyak 100 sample bahan lebih dari 100 sample, sehingga dalam 1 tahun ITS menggiling sample sekitar 40.000 sample.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kegiatan preparasi sample :

1.      Terlambatnya sample  yang dimasukkan ke tempat preparasi

  1. Proses pengeringan sample yang cukup lama
  2. Sample dari lapangan  kadar airnya cukup banyak
  3. Volume sample
  4. Kurangnya crew yang bekerja

 

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil Kerja Praktek, maka kami dapat menyimpulkan bahwa:

1.      langkah-langkah sebelum melakukan kegiatan preparasi yaitu sebagai berikut:

1)      Persiapan kegiatan pemboran.

2)      Kegiatan pemboran.

3)      Logging core.

4)      Sampling.

5)      Analisa Laboratorium.

6.2 Saran

1.      Untuk mencapai  target, pekerjaan di preparasi di bagi dua shift yaitu shift siang dan malam

  1. Sample yang besar volumenya dan kadar  air  yang tinggi harus dibagi dua, agar  mempermudah proses pengeringannya
  2. Crew yang bekerja harus di tambah.

 

 

mudah-mudahan laporan ini bisa bemanfaat…….

 

 

 

Gamalama expedition ’09

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Mining Engineering Muhammadiayah University Of North Moluccas

joemahier woebulen

PROFIL QOE

NAMA             : JUMAHIR BADRUN

TTL                   : LELILEF WOEBULEN, 20,09,1985

PENDIDIKAN : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA, TEKNIK PERTAMBANGAN,

ALAMAT SEKARANG : MANGGA DUA, TERNATE SELATAN

AGAMA   : ISLAM

HP/E_MAIL  : 082195128382/ lagaechekel@ymail.com

STATUS  : MASIH DALAM PROSES PENCARIAN

ANAK PERTAMA DARI DUA BERSAUDARA, ADIKKU BERNAMA JUMIRA BADRUN, SEKARANG SUDAH KELAS DUA SMU DI WEDA.

SAYA SEKARANG HANYA TINGGAL BERTIGA BERSAMA ADIK KU DAN MAMAKU, KARENA AYAHKU SUDAH DIPANGGAIL YANG MAHA KUASA… OLEH KARENA SAYA TIDAK MAU PUTUS ASA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI… KARENA SAYA PUNYA SATU CITA-CITA YAITU MEMBAHAGIAKAN ADIK KU DAN YANG PALING SPESIAL BUAT MAMA KU….. BAGI SAYA, MAMAKU ADALAH SEGALANYA,, MESKIPUN SAYA TIDAK BISA MEMBALAS SEMUA JASA MAMAKU TERHADAP AKU, TAPI SAYA AKAN TETAP BERUHA MEMBUATNYA BAHAGIA… TANPA MAMAKU AKU TIDAK AKAN SAMPAI PADA PENDIDIKAN SEKARANG INI. MAMAKU ADALAH MOTIFASI UNTUK MERAIH CITA-CITA KU….. SATU KEJADIAN YANG SAYA INGAT…. PADA SUATU HARI KITA MAKAN MAKAN BERTIGA,, DAN KITA HANYA MEMPUNYAI SATU POTONG IKAN YANG BERUKURAN KECIL YANG KALAU SEANDAINYA DIMAKAN BERTIGA, TIDAK AKAN KENYANG, KEMUDIAN MAMAKU BERKATA, NAK….. IKAN ITU BUAT KALIAN BERDUA AJA, MAMA MASIH BISA MAKAN SAGU(MAKANAN KHAS MALUKU) YANG DI RENDAM DENGAN AIR TANPA SEPOTONG LAUKPUN….. IBUKU BERKATA LAGI…. KARENA KALIAN SANGAT MEMBUTUHKAN IKAN UNTUK PENGEMBANGAN OTAK KALIAN NANTI… SAYA HANYA BERKATA… MAMA…. DIDUNIA INI TIDAK ADA ORANG SEBAIK MAMA… KALAUPUN ADA DIA ADALAH MAMA.. DALAM HATI KU,, SAYA HANYA BISA BERKTA DAN BERJANJI SUATU SAAT NANTI SAYA AKAN BISA MEMBALAS APA YANG SELAMA INI MAMA BERIKAN KEPADA KU… PERISTIWA DIATAS MEMBUAT SAYA MENJADI LEBIH BERMOTIVASI UNTUK MENJADI ANAK YANG NANTINYA BISA MEMBAHAGIAKAN MAMAKU…’

 

BAGIKU, MASA DEPAN  YANG BAIK ITU TETAP ADA, TERGANTUNG APA YANG KITA JALANI DI MASA SEKARANG.  KARENA MASA SEKARANG ADALAH MOTIFASI BAGI KITA UNTUK KEMASA DEPAN YANG LEBIH BAIK LAGI….

I LOVE YOU MOM……

 

 

 

 

SISTEM PEMBORAN

Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan ketebalan target yang akan di bor berdasarkan pada informasi atau data yang permukaannya diperoleh, dengan melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep  dan prediksi geologi (Interpretasi) yang telah ada sebelumnya (Data Geologi). Pembuatan lubang secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal.

Metode pemboran dipakai tidak terlepas dari beberapa faktor utama terhadap endapan yang akan di eksploitasi. Diantaranya adalah litologi dan struktur geologi serta biaya dan waktu yang tersedia disamping itu pula ketrampilan opertaor bor. Metode yang dipakai pada kegiatan ekplorasi PT. Antam unit Geomin adalah Single Drill, dikarenakan endapan yang dicari adalah Nikel Laterit, yang kita tahu bahwa endapan Nikel Laterit kekerasannya tidak terlalu keras atau lunak (3-4).

Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran yang akan digunakan bergantung pada akses permukaan. Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi dip dan anomali bawah permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala akses, pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dan bentuk teratur. Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang bor pada daerah target.

 

 

 

3.1.3 Tipe Alat Bor Yang di Pakai

Perencanaan pemboran yang akan dilaksanakan pada dasarnya harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jalannya aktifitas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tipe atau model alat bor, yaitu:

1)     Tujuan dari pemboran

2)     Topografi dan geografi (Keadaan Medan, Sumber Air)

3)     Litologi dan struktur geologi (Kedalaman Pemboran, Pemilihan Mata Bor)

4)     Biaya dan waktu yang tersedia

5)     Peralatan dan ketrampilan

Dilihat dari faktor yang mempengaruhi pemilihan alat bor diatas, maka PT. ANTAM Tbk. Unit Geomin menggunakan alat bor tipe TDC 1 dan YPM 05, yang dipakai untuk kegiatan pemboran di Pulau Pakal, sedangkan di daerah Mornopo sendiri kegiatan pemboran saat ini dikerjakan oleh kontraktor pemboran                CV. KASAM yang bekerjasama dengan PT. Antam Tbk, unit Geomin. CV. KASAM juga memiliki beberapa alat bor dengan sistim kerja Hydrolic, sebanyak 16 unit, namun yang dioperasikan hanya 10 unit.

Tipe-tipe alat tersebut adalah: TDC I, YPM 05, OE 2L, KOKEN, TOHU dan TONEY. Tidak ada perbedaan yang menonjol dari keenam tipe alat diatas hanya saja pada ukuran alat tersebut.

3.1 Strategi Penentuan titik bor

Adapun jarak antara lubang bor yang satu dengan yang lain telah ditetapkan atau di plot oleh tim pengukuran dengan diberi tanda patok. Proses aktifitas pengeboran pada awalnya dilakukan dengan jarak atau spasi 500 m, kemudian bila hasilnya diharapkan ada maka spasinya lebih diperkecil hingga 100 m. Pada jarak atau spasi 100 m ini, analisa kadar dari hasil pemboran baik dilihat secara megaskopis atau uji laboraturium terindikasi kadarnya tinggi maka dilanjutkan terus hingga pada spasi 12,5 m.

Temuan dilokasi, aktifitas pemboran yang dikerjakan baru pada jarak atau spasi 50 m yaitu pada daerah transit, sedangkan pada lokasi mornopo (MBT/Mining Blok Test) yang telah ditambang untuk perbandingan analisis kadar hasil pemboran dengan kadar hasil penambangan awalnya dikerjakan pemboran dengan spasi 12.5 m.

Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target atau pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dari sejumlah kegiatan pemboran dilokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama. Apabila pemboran awal tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka target lain harus dicoba dan masih dalam wilayah kontrak perusahan. Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah kemenerusan dan zona mineralisasinya. Spasi lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan arah kemenerusan tipe.

Pada rencana kerja pemboran yang dibuat, telah ditentukan Blok-blok mana yang didahulukan untuk kegiatan pemboran selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan hasil analisis kadar pada pemboran spasi sebelumnya, sebagai contoh pada  Mornopo.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.2.3          Analisa BiayaPemboran

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah biaya dalam pemboran Yaitu :

1.     Personil (crew)

2.     Teknik pemboran yang digunakan

3.     Peralatan yang dipakai

4.     Lokasi dan kondisi daerah.

–        Faktor-faktor yang berkaitan dengan personil (crew) meliputi :

1.     Kemampuan Teknis

2.     Kemampuan fisik

3.     Kemempuan menajemen

4.     Kemampuan bersosialisasi

–        Faktor peralatan yang digunakan dan metode pemboran

Dalam pekerjaan pemboran, peralatan dan metode pemboran yang dipilih sangat sangat mempengaruhi jumlah biaya yang akan digunakan. Adapun peralatan dan metode pemboran yang digunakan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, berikut :

1.     Kondisi Geologi (Formasi Yang Ada)

2.     Besar lubang yang direncanakan

3.     Kedalaman Pemboran

4.     Keahlian Kru Bor dalam mengoperasikan alat

–        Lokasi dan kondisi daerah

Kondisi lokasi pekerjaan pemboran mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap jumlah biaya yang dibutuhkan. Yaitu sebagai berikut :

1.     Keadaan topografi daerah pemboran ( Ketersediaan jalan untuk trnsport)

2.     Kondisi Medan (jenis transportasi yang ada seperti darat, laut dan sungai)

3.     Sarana pendukung yang ada pada daerah lokasi ( sarana trnsport yang ada, material).

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemboran tersebut diatas dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu :

 

–        Faktor biaya yang dapat diubah (variable Factor)

Yang meliputi :

a.      Kemampuan mesin

b.     Kemampuan personil

c.      Sifat lumpur bor

d.     Jenis mata bor.

–        Faktor yang tidak dapat diubah (fixed factor)

Yang meliputi :

a.      Kekerasan Batuan

b.     Type dan tekanan pori formasi

 

 

1. Pengontrolan Biaya Pemboran

Untuk mencegah agar biaya pemboran tidak melebihi target yang direncanakan (rencana Anggaran biaya), maka perlu adanya beberapa perencanaan, pengawasan dan analisa sebelum pekerjaan dimulai atau saat pemboran dilakukan. Bebrapa pengontrolan yang dapat dilakukan. Adalah sebagai berikut :

–        Perencanaan yang baik terdiri atas :

a.      Penganalisisan sasaran pemboran dan merumuskan hal-hal yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran.

b.     Memutuskan siapa yang akan dipilih untuk mengerjakan tugas dan menginstruksikan bagaimana dan kapan tugas itu mesti dikerjakan.

 

 

No. U r a i a n Satuan Volume Harga (Rp) Jumlah (Rp)
I.

1.

 

2.

3.

Transportasi

Mobilisasi, Demobilisasi dan perpindahan  antar lokasi alat bor

Material

Personil :

a.  Udara

b.  Darat

Is

 

Is

 

Orang

Orang

2  x  0,5

2  x  0,5

 

 

 

 

 

 

Jumlah  I.
II.

1.

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

 

 

3.

 

 

 

 

 

4.

Persiapan dan Pemboran

Persiapan lapangan

a.  Pemasangan balok landasan

b.  Pengesetan mesin dan lokasi

Lokasi

Lokasi

1      x     1

1       x     1

Pemboran  pilot dia. 6” – 8”

a.    0      –      50

b.   50     –      100

c.  100    –      150

d.  150    –      200

Jumlah II.1               –

Metrer

Metrer

Metrer

Metrer

1      x      50

1      x      50

1      x      50

1      x      50

Logging

a.       Resistivity

b.       SP

Jumlah II.2

Metrer

Metrer

1      x      200

1      x      200

Reaming Dia.  10”  –  12”

a.    0      –      50

b.   50     –      100

c.  100    –      150

d.  150    –      200

Jumlah II.3

Metrer

Metrer

Metrer

Metrer

1      x      50

1      x      50

1      x      50

1      x      50

Sub Jumlah II.4

Jumlah  II

III.

1.

 

 

 

 

 

 

 

2.

Konstruksi dan Devolopmen

Pengadaan dan pemasangan material

a.    Pipa dia. 6”

b.    Pipa dia. 4”

c.    Pipa piezometer dia. 1”

d.    Screen dia. 4” Low carbon

e.    Reducer dia. 6” –  4”

f.     Centralizer

g.    Plenes + tutup 6”

h.    Gravel

i.     Gruting cement

 

 

Pembersihan sumur

a.    Pengocokan mekanis

b.    Water Jetting

c.    Over pumping

Metrer

Metrer

Metrer

Metrer

Buah

Buah

Buah

Lubang

1     x       60

1    x    116

1    x      48

1    x      24

1     x      1

1      x      3

1     x        1

1     x       6

1     x       1

Sub Jumlah III. 1

Jam

Jam

Jam

1      x      12

1      x      12

1      x      12

 

 

IV.

 

Uji pemompaan

a.    Recovery test

b.    Analisa air

 

Sub Jumlah III. 2
Jumlah  III

Jam

Sample

1      x      12

1      x      2

 

V.

Laporan

a.       Laporan  Pemdahuluan

b.       Laporan  bulanan

c.       Laporan kemajuan

d.       Laporan  akhir

 

Jumlah  IV.

Eksplorasi

Eksplorasi

Eksplorasi

Eksplorasi

0,07   x   6

0,47   x   6

1   x   6

0,07   x   10

Jumlah  V.

TOTAL BIAYA (I + II + III + IV + V)

(Devis i Bor, PT. ANTAM Tbk. Unit Geomin ; 2002)

Tabel, 5.2.3

Contoh Rencana Anggaran Biaya Pemboran

Untuk perhitungan core recovery pada tiap lubang bor 90 – 100 % adalah perolehan sample yang baik. Jika core recovery kurang dari 90 % maka dilakukan pemboran ulang dengan cara titik bor geser searah dengan line ± 0,5 m.

Berikut adalah contoh perhitungan core recovery yang sesuai target dan tidak sesuai target :

a.   Hitungan Core Recovery yang sesuai terget

Jika lubang bor yang kedalaman (panjang penetrasi bor) adalah 25 m, dengan perolehan panjang core 24 m. Maka Core Recovery adalah  :

Panjang core yang diperoleh

Core Recovery      =                                                    x 100 %

Panjang penetrasi bor

24 m

=                  x  100 %

25 m

=    96 %

b.   Hitungan Core Recovery yang tidak sesuai terget

Jika lubang bor yang kedalamannya 25 m dengan perolehan panjang core 22 m. Maka Core Recovery adalah :

24 m

Core Recovery      =                   x  100 %

25 m

=          88  %

Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai. Berikut adalah penggolongan jenis bor eksplorasi :

1.          Bor Tangan

Ø       Bor spiral

Ø       Bor bangka

2.          Bor Mesin Putar

Ø       Bor mesin ringan

Ø       Bor inti (core drill)

Ø       Bor putar biasa (rotary drill)

Ø       Bor-alir balik (counterflush drill)

3.          Bor Mesin tumbuk (cable tool)

 

Sebetulnya sulit untuk melakukan penggolongan metoda pengeboran. Alat bor tangan banyak yang dikembangkan dengan dilengkapi motor kecil, sedangkan banyak alat bor mesin yang dipasang pada truk dirancang untuk pemboran dangkal. Alat bor mesin putar berkisar dari yang portable sampai alat bor raksasa untuk eksplorasi minyak dan gas bumi.

 

PEMBORAN TANGAN

 

Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer deposit dan residual deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada tahapan eksplorasi rinci, namun adakalanya secara acak dan setempat dilakukan pada tahap eksplorasi tinjau, terutama pada subtahap prospeksi umum.

Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB).

 

Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling

Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada spiral, dicabut pada interval tertentu (tiap 30 – 50 cm).

Hanya sampai kedalaman beberapa meter saja, baik untuk residual deposit (bauxite, lateritic nickel) dan sebagainya.

 

Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB)

Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung (casing) diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja. Pada prinsipnya sama dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang disambung-sambung, dengan berbagai bit :

1.          Spiral

2.          Senduk

3.          Pahat/bentuk pahat (dihubungkan)

Pengambilan contoh dalam hal yang ditumbuk dengan bailer. Sambil bor berjalan, dengan gerakan putar dan tumbuk, casing secara otomatis menurun, karena beban orang di atas flatform.

Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal, seperti placer deposit dan residual deposit. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB).

 

Pengamatan Dan Perekaman Data Geologi

Data geologi yang didapatkan dari pemboran tangan jarang berupa batuan, tetapi pada umumnya berupa tanah atau batuan lapuk, dan sedimen lepas. Contoh yang didapatkan bukan merupakan contoh yang utuh (undisturbed sample), tetapi conto yang terusik (disturbed sample). Ketelitian lokasi kedalaman conto tergantung pula dari jenis matabor yang digunakan.

Conto dari bor Spiral berupa tanah/lapukan batuan yang melilit pada spiral, dan mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukkan sampai ditarik kembali, sehingga selang kedalamannya dapat diatur, apakah setiap 50 cm atau setiap meter, tetapi maksimal tentu sepanjang spiral.

Conto dari matabor sendok lebih terancam pencampuran, sedangkan yang menggunakan bumbung dengan katup lebih mewakili kedalaman yang tepat. Matabor ini lebih banyak digunakan untuk sedimen lepas, dan setiap conto mewakili selang kedalaman dari mulai batang dimasukkan sampai ke pencabutan.

Pada sistem bor Bangka, conto yang diambil lebih terpercayya karena penggunaan pipa selubung yang terus menerus, mengurangi pencampuran dari guguran dinding bor.

 

Perekaman Data

Pada umumnya data berupa litologi, serta batas-batasnya dan dapat dinyatakan dalam penampang berkolom atau profil yang dapat pula disebut sebagai log. Selain itu data kekerasan kualitatif dapat dicatatkan pula, demikian pula data muka air tanah yang dijumpai.

 

PEMBORAN MESIN PUTAR

 

Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai pemboran raksasa seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai kedalaman beberapa kilometer. Ada berbagai jenis, dari mulai packsack (dapat diangkat di atas punggung) sampai bor besar harus dipreteli atau diangkat di truck.

Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari kemampuannya untuk mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan conto batuan dan kemampuan menentukan arah. Selain itu juga kemampuan bergerak di medan merupakan salah satu hal diperhatikan. Mesin-mesin pemboran putar ini mempunyai prinsip yang sama, namun berdasarkan kemampuannya dapat dibagi sebagai berikut :

Ø       Bor mesin ringan (portable drilling rig)

Ø       Bor mesin inti (diamond drilling rig)

Ø       Bor mesin rotari (rotary drilling rigs)

Ø       Bor mesin alir-balik (counterflush drilling rig)

 

Prinsip operasi mesin pemboran putar

Pada prinsipnya pemboran mesin putar mempunyai prinsip yang sama, yaitu :

1.    Lubang dalam formasi dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk mengeruk batuan dan menembus dengan suatu rangkaian batang bor yang berlobang (pipa).

2.   Rangkaian pipa bor disambungkan pada mesin sumber penggerak dengan berbagai macam alat transmisi, seperti kelly dan rotary table, chuck ataupun langsung.

3.   Sumber penggerak (mesin bensin, diesel dan sebagainya) atau dengan perantaraan kompresor/motor listrik.

4.   Pelumas/pendingin (air, lumpur, udara). Cairan pelumas dipompakan lewat pipa, keluar lewat pahar bor kembali lewat lobang bor di luar pipa (casing) atau sebaliknya.

5.   Pompa sebagai penggerak/penekan cairan pelumas.

6.   Pipa/batang di atas tanah ditahan/diatur dengan menggantungkannya pada suatu menara/derrick dengan sistem katrol atau dipandu lewat suatu rak (rack) untuk keperluan menyambungnya atau mencabut serta melepaskannya dari rangkaian.

7.   Untuk memperdalam lubang bor rangkaian pipa bor ditekan secara hidrolik atau mekanik maupun karena bebannya sendiri.

8.   Conto batuan hasil kerukan mata bor didapatkan sebagai :

a.      Serbuk atau tahi bor (drill-cuttings) yang dibawa ke permukaan oleh lumpur bor atau air pembilas. Serbuk penggerusan batuan dibawa oleh air pembilas ke  permukaan sambil mendinginkan mata bor.

b.     Inti bor (drill core) yang diambil melalui bumbung pengambil inti (core barrel).

9.   Untuk pengambilan inti mata bor yang digunakan bersifat bolong di tengah sehingga batuan berbentuk cilinder masuk ke dalamnya dan ditangkap oleh core barrel. Mata bor ini biasanya menggunakan gigi dari intan atau baja tungsten.

10. Bumbung inti (core barrel) diangkat ke permukaan

a.   Dicabut dengan mengangkat seluruh rangkaian batang bor ke permukaan setiap kali seluruh bumbung terisi.

b.   Dicabut lewat tali kawat (wireline) melalui lubang pipa dengan kabel).

11. Pipa selubung penahan runtuhnya dinding lubang bor (casing) dipasang setiap kedalaman tertentu tercapai, untuk kemudian dilanjutkan dengan matabor yang berukuran kecil (telescoping). Pipa selubung dipasang untuk mengatasi adanya masalah seperti masuknya air formasi secara berlebihan (water influks), kehilangan sirkulasi lumpur pemboran karena adanya kekosongan, dalam formasi, atau lemahnya lapisan yang ditembus.

 

Dalam mendesain program pemboran dan memilih jenis alat bor harus diperhatikan :

1.   Kapasitas kedalaman (tergantung dari) :

a.    Besanya kekuatan mesin sumber pengerak yang dinyatakan dengan Tenaga Kuda (HP).

b.    Kekuatan alat penyangga atau menara serta derek untuk menarik beban rangkaian sampai kedalaman yang dituju.

c.     Besarnya garis tengah pipa bor sesuai dengan besarnya inti yang diminta.

d.     Kekuatan pompa untuk dapat menyalurkan lumpur sampai kedalaman yang dituju.

2.  Mobilitas, dapat bergerak sendiri (skids, truck) atau kemungkinan untuk dipreteli  atau/dan diangkat dengan tenaga manusia ataupun dengan helicopter.

3.  Kemampuan pemboran miring.

4.          Keperluan dan besarnya inti yang diminta.

5.          Perolehan inti (core recovery) (tergantung dari jenis core barrel)

 

Peralatan Mesin Bor :

Mata Bor :

a.                Macam-macam, terdiri dari intan, baja, dan bentuk, termasuk kadang-kadang untuk tanpa pengambilan inti.

b.               Ukuran mata bor : AX, BX sampai NX, sesuai dengan corebarrel.

Bumbung Inti (Corebarrel) :

Berbagai jenis dan ukuran :

a.          Ukuran sesuai mata bor

b.          Jenis :

1.          Double-tube core-barrel

2.          Triple-tube core-barrel (recovery faktor lebih dari 90%)

a.          Dengan batang bor

b.          Dengan tali-kawat (Wire-line)

Pipa bor dan Selubung :

1.          Berbagai ukuran

2.          Berbagai jenis logam

Menara Bor : Tergantung tujuan kedalaman akhir pemboran serta kenampakannya maka mesin pemboran dilengkapi suatu menara untuk mengendalikan pipa bor yang berupa sistim rak, kaki tiga sederhana maupun derrek.

Cara Penekanan :

1.          Mekanis (dongkrak)

2.          Hidraulis

3.          Bobot rangkaian pipa

Sumber Tenaga Penggerak :

1.          Diesel

2.          Bensin

3.          Pneumatic (compressor)

4.          Listrik

Besar/kecilnya sumber penggerak menentukan kapasitas kedalaman.

 

Sistem pembilas :

Pembilasan dapat dilakukan dengan udara, air maupun lumpur.

Pemboran dengan udara (air drilling) : untuk daerah-daerah yang sulit air, ataupun pemboran didalam terowongan dapat dipertimbangkan penggunaan udara sebagai pembilas/pendingin matabor, dalam hal mana disiapkan mesin compressor.

Pemboran dengan air atau lumpur : untuk ini harus dipersiapkan mesin pompa dengan kapasitas tekan dan penyedotan lumpur pemboran yang sesuai dengan kedalaman yang dituju. Selain itu diperhatikan jarak dari sumber air yang memerlukan sistim pompa dan rangkaian pipa air untuk penyaluran, maupun penggunaan truk tangki air. Lumpur biasanya dipakai bentonit yang diperdagangkan secara komersial. Kekentalan dari lumpur dapat diatur dengan menentukan berat jenisnya.

Penggolongan Mesin Bor Putar

 

Mesin Bor Ringan (Portable Drilling Rig)

Khas dari pemboran ini selain mudah diangkut secara manual adalah pada umumnya menggunakan topdrive dengan motor bakar kecil (2 tak) yang ikut turun naik dengan turun/naiknya batang bor yang dipandu oleh rel atau rack. Tekanan pada matabor dapat ditingkatkan dengan menyuruh orang mendudukinya (awak mesin bor 20-26).

Alat bor ini dapat dipreteli dalam bahagian-bahagian kecil dan dapat diangkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini hanya maksimum 50 meter, banyak digunakan untuk pemboran seismik (shot holes) dan sering merupakan rakitan sendiri dengan menggunakan mesin pompa. Laju tembus adalah 30-40 m/hari, relatif sangat murah. Pengambilan inti tidak dimungkinkan. Biaya $5.90/hari

Termasuk alat bor kecil dengan topdrive ini adalah yang dipasang pada truck, dengan memasangi rak (rel) yang memandu batang bor, dimana morot penggeraknya dipasang pada ujung atas batang bor, dan mesin bergeser ikut dengan turunnya dengan batang bor. Dengan topdrive ini pemboran miring dimungkinkan secara terbatas dengan memiringkan raknya.

Berbagai jenis/merk pemboran :

Bor Mesin Portable

a.          Packsack (kapasitas 10 meter), dapat diangkut seorang diri

b.          Koken

c.          Rakitan lokal

 

Mesin Pemboran Inti (Diamond Drilling Rigs)

Alat pemboran ini adalah alat standart dan yang paling populer untuk eksplorasi cebakan mineral. Nama Diamond Drilling Rig digunakan karena alat ada yang paling banyak dipakai untuk pengintian (coring) yang menggunakan matabor dari intan.

Mesin ini berukuran relatif kecil dan dipasang pakai roda atau batang luncur (skids), ditarik dengan bulldozer, kendaraan 4-wheel drive atau ditarik dengan winch pada tempat yang sulit dijangkau, atau digantung dengan slung di bawah helicopter, atau juga dapat dipreteli menjadi bahagian-bahagian/komponen kecil dan dapat dipikul secara manual.

Gerakan putar dari mesin ditransmisikan pada pipa bor dengan chuck, dan oleh karenanya dapat membor ke semua arah, termasuk ke atas (dari terowongan). Untuk pengoperasiannya sering dipasang kaki tiga dari pipa besi untuk mengendalikan pemasangan/pencabutan batang bor dengan menggantungkannya pada sistem katrol dengan swivel yang disambungkan pada pipa selang untuk menyalurkan cairan pembilas dari pompa lumpur.

Kelemahan dari alat bor ini adalah berkecepatan rendah, terutama sewaktu operasi pengambilan inti (coring operations).

Jenis matabor yang digunakan : blade type, roller type dan matabor intan dan tungsten-carbida. Matabor jenis bilah (Blade type) membor lebih cepat.

Palu pemukul berputar di dalam lubang (Rotary percussion downhole hammers) juga tersedia untuk formasi-formasi yang keras.

Dapat dipasangi bumbung inti jenis tripple stationary inner split tube yang ditarik talikawat.

Beberapa merk alat bor Diamond Drilling Rig :

Altas-Capco, dengan triple yang simple

Longvear dan Tone, berbagai ukuran :

1.          Junior

2.          Ly 24,34,38,44-(kapasitas 100 – 900 m)

Tone : U.U.5 (75 m), T.AS 70 dan lain-lain.

 

Mesin Bor Rotari (Rotary Drilling Rigs)

 

Jenis alat bor ini dinamakan demikian karena gerak putar dari sumber penggerak/mesin ditransmisikan pada batang bor dengan meja putar (rotary table), sehingga hanya dapat membor ke vertikal ke bawah.

Alat pemboran yang digolongkan jenis ini pada umumnya lebih besar dan berkekuatan lebih besar, harus dipasang pada truk dan tidak cocok untuk lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Alat pemboran jenis ini juga termasuk pemboran untuk minyak dan gasbumi.

Pada umumnya digunakan untuk operasi tanpa pengambilan inti (noncoring operation). Kecepatan pemboran tinggi, terutama jika tidak dilakukan pengambilan inti, namun jika diperlukan bumbung inti (core barrel) dapat dipasang.

 

Berbagai jenis Alat Bor Rotari

Mayhew 1000 Rig; Alat ini dipasang pada truk (6 X 6 Cusromline Carrier Truck), memakai lumpur berbasis air atau udara dengan menggunakan kompressor berkapasitas rendah. Kecepatan tembusnya sangat tinggi (175 m/hari tanpa pengintian, 35 m/hari dengan pengintian).

Biaya $ 22.15/hari tanpa pengintian.

$ 103/hari dengan pengintian.

Dando 250 : Dipasang di atas traktor, yang tidak terlalu stabil sehingga memerlukan dukungan bulldozer.

Alat ini memiliki kompressor berkapasitas tinggi dan dapat dengan mudah mencapai kedalam akhir (TD) 120 m. Namun mempunyai laju tembus (penetration rate) lebih rendah (130 m/hari tanpa pengintian, 30 m/hari dengan pengintian), tetapi lebih murah atas dasar hitungan permeternya.

Biaya $ 15.60/hari tanpa pengintian.

$ 47.50/hari dengan pengintian.

 

Pemboran Aliran Bilas Balik (Counterflush Drill)

Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa conto, yang tidak tercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor, namun untuk mendapatkan ke dalam conto ini harus memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor inti.

 

 

 

Pengambilan Conto Dan Perekaman Data Dari Lubang Bor (Drill-Hole Logging)

Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang ditembus lubang bor. Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah :

 

Serbuk bor (Cuttings)

Conto ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian dibawa oleh air pembilas ke permukaan. Setap kemajuan selang kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili selang kedalaman tertentu dan dicatat. Conto ini dibersihkan dan dideskripsikan. Hasil deskripsi conto ini tidak akurat mengingat :

1.           Conto tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke permukaan, sedang dalam waktu yang sama matabor sudah maju lebih dalam lagi. Kedalaman yang diwakili conto itu harus dikoreksi atau disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log talikawat.

2.           Conto tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang kedalaman yang ada di atasnya, sehingga kadangkala diketemukan lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang berbeda. Untuk ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui litologi mana merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli. Untuk ini dapat pula dilakukan pembandingan dengan hasil tafsiran litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju kecepatan pemboran.

3.           Conto ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan, sehingga hanya deskripsi tekstur dan susunan mineral yang dapat diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur, kekompakan dan lain-lain tidak teramati.

Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku dalam eksplorasi minyak dan gasbumi, dan juga dilakukan pada pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang kedalaman yang tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi didapatkan dari penafsiran log talikawat/geofisika dan dibantu dari pengamatan conto ini. Namun pada pemboran eksplorasi cebakan mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada pengamatan conto inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir.

 

Inti bor (drill core)

Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi biasanya didasarkan atas pengamatan dan pendeskripsian conto inti bor.

Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral.

Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka (open hole) yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang diinginkan, misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter dibawahnya. Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi berdasarkan log geofisika dari sumur terdekat yang sengaja dibor sebagai pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and part-coring.

Pengintian Sentuh (Touch Coring). Pengintian dimulai segera setelah matabor mencapai beberapa meter di atas target pengintian (bentuk pengintian setempat yang kurang dapat dipercayai).

Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan atau jalur-jalur mineralisasi.

Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel.

 

Keunggulan dari conto inti pemboran adalah :

1.           Pengamatan litologi lebih lengkap dan terperinci sehingga perselingan berbagai jenis litologi, dapat dideskripsi secara rinci, centimeter demi centimeter.

2.           Pengamatan rinci dapat dilakukan terhadap struktur maupun tekstur batuan dalam 3-Dimensi, terutama jika menggunakan conto yang terorientasikan, misalnya adanya rekahan, urat-urat kecil, penjaluran mineral (mineral zoning), dsb.

3.           Penentuan kedalaman serta selang-selang kedalaman dari berbagai batas perubahan litologi lebih baik daripada serbuk pemboran. Namun masih tetap kurang akurat jika dibandingkan dengan hasil penlogan talikawat, disebabkan kemungkinan perolehan inti yang buruk selain juga terjadinya dekompaksi seperti halnya dalam batubara.

4.           Keuntungan conto inti bor ini adalah selain mendapatkan kedalam conto yang lebih teliti, juga dimungkinkan untuk dilakukan uji kualitas yang berkisar luas (wide range of quality test), untuk menentukan sifat-sifat keteknikan batuan, misalnya kekuatan lantai dan atap dari cebakan (batubara) dan batuan penutup (overburden rocks).

 

Keburukan dari pengambilan conto inti adalah :

1.            Operasi pengambilan inti bor sangat memperlambat operasi pemboran, terutama jika tidak menggunakan wireli corebarrel.

2.            Harus menggunakan matabor dari intan atau baja tungsten yang lebih mahal daripada matabor jenis lainnya.

Secara keseluruhan pemboran inti jauh lebih mahal dan lebih lambat dari operasi pemboran lainnya, sehingga harus benar-benar diperhitungkan dalam menentukan taktik eksplorasi. Keunggulan jenis data yang diperoleh harus diperhitungkan terhadap biaya yang harus dikeluarkan.

 

 

 

Pemprosesan Dan Penyimpanan Inti Bor

 

Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi meter. Setelah dipatahkan setiap meter maka batang-batang inti disimpan dalam peti kayu/aluminium yang dirancang khusus, dan disusun sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada penyekat antar inti. Waktu dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk menempatkan setiap conto dalam urutan, arah dan susunan yang sama.

Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang termineralisasi inti batuan ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk essay, 1 untuk dokumentasi). Conto inti untuk analisa laboratorium harus diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan conto inti ini harus dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay mineralisasi logam. Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di laboratorium harus segera dibungkus dengan kertas parafin yang kedap udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk setiap conto yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor lubang bor dan kedalamannya.

 

Pencatatan/Perekaman Data Bor : Penlogan Lubang Bor

Ada dua cara mencatat atau merekam data geologi yang dihasilkan pemboran :

 

Penlogan Visual (Visual Logging)

Penlogan visual dilakukan terhadap pengamatan dan deskripsi litologi dari conto serbuk pemboran dan dari conto inti bor. Jika dilakukan pengeboran inti penuh (full core drilling) penlogan dilakukan hanya dari pengamatan conto inti, sedangkan jika dilakukan spot-coring maka hanya bagian yang tidak diinti pengamatan dari serbuk bor yang dicatat. Pencatatan dilakukan dalam kolom-kolom kertas panjang yang disebut Log Pemboran (drilling-log) dan jika khusus berdasarkan inti saja disebut Log Inti (Core-log). Data geologi pada Log Inti tidak terbatas pada deskripsi litologi saja, tetapi menyangkut struktur, mineralisasi dan sebagainya. Selain data geologi juga dicatat data teknis lainnya, seperti data laju kecepatan pemboran, data perolehan inti (core-recovery), keadaan air pembilas, pergantian matabor, selang pengambilan inti-bor, titik-titik penempatan pipa selubung (casing) serta tanggalnya. Setiap jenis catatan pengamatan diberi kolom tersendiri, dan sedapat mungkin dalam bentuk simbol grafis. Khususnya jenis litologi diberi kolom yang di isi simbol grafis, laju pemboran dengan kurva, perolehan inti dalam bentuk kolom sempit yang memperlihatkan % inti terhadap kedalaman. Struktur geologi digambarkan pada kolom litologi maupun dicatat dalam kolom tersendiri, demikian juga selang-selang mineralisasi, jenis mineralisasi serta estimasi persen juga dicatat. Sebetulnya tidak ada standard bentuk log yang baku, tergantung dari jenis cebakan yang dijadikan obyek pemboran, maupun juga tergantung perusahaannya masing-masing. Sering kolom khusus disediakan untuk mencatatkan hasil analisa geokimia atau ‘assays’.

Dewasa ini dengan komputerisasi, data yang direkam diusahakan dalam format digital maupun alfanumerik yang mudah diinputkan dalam suatu database yang disimpan sebagai file dalam disket atau tape, dan setiap waktu dapat dengan mudah dibuatkan log grafis dengan mencetaknya pada rol kertas (paper log print-out), maupun diproses menjadi peta atau penampang geologi.

Log Visual ini sering dikombinasi dengan log Talikawat menjadi log Komposit.

 

Penlogan Talikawat (Wire-Line Logging)

Penlogan talikawat dewasa ini sudah sangat lumrah dilakukan untuk pemboran inti, terutama untuk batubara. Jenis-jenis log yang dapat dilakukan bisa dibagi dalam :

Ø       Penlogan Geofisika (Geophysical Logging)

Ø       Penlogan Citra (Imaging, hasil dari pemotretan kamera yang diturunkan ke dalam lubang pada tali serat optik dan dapat merekam citra visual sekeliling lubang bor)

Ø       Log orientasi lubang sumur (yang menunjukkan arah dari lubang sumur dalam derajat kemiringan dan azimuth)

Sejak pertengahan tahun tujuh-puluhan penlogan geofisika untuk lubang pemboran kecil telah dikembangkan. Terutama untuk eksplorasi batubara.

1.           Penlogan geofisika lebih teliti dalam penentuan kedalaman dari target pemboran terutama dalam hal lapisan batubara daripada penlogan visual dari inti pemboran karena kemungkinan dekompaksi dan pendapatan inti yang buruk.

2.           Penafsiran litologi lebih baik dari pengamatan serbuk bor atau pendapatan inti yang buruk.

3.           Korelasi antar lubang bor bersifat jauh lebih oojektif daripada log visual.

4.           Untuk eksplorasi batubara log geofisika dapat digunakan untuk mengestimasi parameter kualitas batubara.

 

Jenis-jenis log yang dipakai terutama untuk batubara adalah :

1.          Log Radioaktif (gamma, neutron, densitas)

2.          Log Listrik (Resistivitas/SP)

3.          Log Kaliper

 

Density Log

LSD     ; baik untuk korelasi

HRD    ; informasi optimum untuk ketebalan batubara

BRD    ; kompromi antara LSD dan HRD

Natural Gamma Log

Menunjukkan kadar lempung

Neutron Log

Merespon terhadap hidrogen, karbon dan kelembaban total moisture, derajat porositas (yang membedakan batupasir dari serpih)

Caliper Log

Jenis log ini memungkinkan untuk memisahkan batuan kompeten dari yang tidak kompeten. Log ini juga digunakan untuk menentukan kelayakan suatu lapisan batubara pada lokasi tertentu untuk dapat dilakukan pengintian, berdasarkan atas derajat keretakannya yang diperlihatkan oleh garis tengah dari lubang bor yang menembus lapisan tersebut.

 

Dalam eksplorasi batubara log densitas banyak dipergunakan. Ini disebabkan karena :

Ø       Density log dapat menentukan secara teliti selang kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang ditembusnya.

Ø       Density log menghasilkan penentuan kerapatan batuan (density determination) dan dengan demikian menunjukkan kualitas dari lapisan. Kemudian density dikorelasikan dengan lubang bor yang telah diambil intinya dan perkiraan kadar abu dapat diekstrapolasikan dengan lubang bor terbuka yang dilog. Kombinasi dari gamma alami, log densitas dan log neutron memberikan jalan untuk korelasi lapisan batubara serta lapisan sedimen yang menyelubunginya.

 

PEMBORAN MESIN TUMBUK (PERCUSSION DRILLING)

 

Jenis mesin pemboran ini sudah jarang dipakai lagi dalam eksplorasi. Batuan dipecah dengan pahat yang ditumbuk, dan conto diambil dengan bailer atau drive sampler. Conto yang didapat tidak murni.

Pemboran dengan jenis ini umumnya digunakan dalam eksplorasi dasar pada soil, gravel, endapan pasir. Dimana sebagian besar batuan yang dihasilkan telah mengalami gangguan, karena proses pemborannya dilakukan dengan menumbuk tanpa menimbulkan moment putar. Hasil dari pemboran tersebut kemudian dibawa ke laboratorium.

Ada berbagai jenis mesin bor perkusi ini, antara lain yang disebut :

Ø       Cable Tool Drilling Rig

Ø       Hammer Drill atau Wagon Drill

Ø       Downhole Hammer Drilling Rig

Ø       Hammer Drilling Rig with Drive Sampler

 

Alat Bor Tumbuk Talikawat (Cable Tool Rig)

Alat cable tool rig, yang juga disebut churn drilling rig adalah alat bor yang paling tua yang digunakan untuk pemboran minyak maupun eksplorasi mineral, dan kini masih dipakai. Alat ini bentuknya sederhana yang terdiri suatu menara, berbentuk segitiga atau bentuk lain yang pada puncaknya dilengkapi dengan sistim katrol. Pada katrol ini dibentangkan talikawat baja yang disambungkan dengan suatu mesin motor penggerak lewat suatu roda gila sehingga memberikan gerakan turun naik pada ujung talikawat di bawah menara bor ini. Pada ujung talikawat ini digantungkan suatu mata bor berupa pahat yang dilengkapi batang logam sebagai pemberat diatasnya. Penetrasi pada formasi dilakukan dengan menarik talikawat ke atas oleh mesin penggerak, dan kemudian melepasnya sehingga pahat menumbuk formasi di bawahnya. Setelah gerakan ini dilakukan beberapa kali, maka pahat diganti dengan suatu alat pengambil conto yang disebut bailer suatu tabung atau bumbung baja yang dibawahnya diberi sistim katup. Dengan menjatuhkannya bailer ini ke dalam lubang maka hancuran batuan ataupun sedimen lepas masuk ke dalam tabung dan terperangkap oleh katup dan dapat diangkat untuk memperolehnya. Air sering dimasukkan ke dalam lubang bor untuk membersihkan lubang, tetapi tidak dalam tekanan yang terlalu tinggi (maksimum 100 l/menit).

 

Alat Bor Tumbuk Biasa

Ada beberapa macam alat bor tumbuk ini yang terutama digunakan untuk batuan keras dalam operasi pertambangan. Alat ini biasanya dipasang di atas suatu truk atau traktor, dan sangat mudah dioperasikan dalam segala arah sudut.

 

Hammer Drill (Bor Palu)

Mesin bor yang juga disebut Wagon Drill (Chaucier dan Morer, 1987) itu terdiri dari palu yang bergerak vertikal dan dipasang sepanjang suatu peluncur (slide) yang dipasang pada suatu kendaraan seperti truk atau traktor. Palu ini memukul-mukul suatu rangkaian batang bor yang pada ujungnya dipasangi suatu matabor. Jenis Wagon Drills yang ringan (Atlas BVB) dapat mencapai kedalaman rata-rata 30 meter dan maksimum 50-60 meter. Jenis Wagon Drills yang besar (Altas Roc 601) rata-rata 70 sampai 100 meter. Conto yang didapatkan adalah serpihan batuan yang ditiup oleh udara yang dikompresikan melalui pipa bor, dan ditangkan diluar oleh alat khusus yang disebut cyclone sample chamber.

Kelemahan dari Wagon Drill adalah perolehan conto yang kecil (5kg/m), karena diameter lubang yang didapatkan adalah 40-50 mm.

 

Down-Hole Hammer Drill (Alat Bor Palu Dalam Lubang)

Pada alat bor ini palu didapatkan langsung dipasang di atas drive sampler, berbentuk suatu silinder yang bergerak turun naik secara lancar (smooth) dan digerakan oleh udara tertekan dari compressor melalui pipa bor. Mata bor disini dapat pula melakukan gerak rotasi atau putar. Kedalaman rata-rata yang dapat dicapai alat ini adalah 80=100 meter, tetapi dapat pula dirancang untuk mencapai kedalaman 300-1000 meter, dengan menggunakan pipa selubung (casing). Diameter lubang yang dibuat adalah  65-170 mm, sehingga dapat perolehan conto (sample recovery) yang lebih besar daripada Wagon Drill. Namun biayanya 3 sampai 4 kali biaya pemboran permeter daripada Wagon Drill. Hammer Drill jenis ini diklasifikasikan sebagai bor palu ringan (Light Hammer Drill, Ingersoll type).

Bor Tumbuk dengan Drive Sampler

Perkembangan dari bor tumbuk atau percussiun drilling adalah pemasangan apa yang disebut drive sampler sebagai pengganti matabor. Alat bor ini hanya cocok dipergunakan untuk lapisan tanah atau sedimen lepas. Alat ini berupa sepotong pipa dengan ujungnya terbuka dan tajam. Tabung baja ini mempunyai bentuk dengan panjang yang berlainan, kurang lebih 91,44 cm dan diameternya (bagian luar) 7,62 cm. Alat ini dilengkapi dengan cincin (ring) yang gunanya untuk penyesuaian bila diameternya akan mencapai 12,7 cm. Sedangkan pada sampler bagian atas terdapat lubang untuk lewat air/lumpur pemboran, yang dilengkapi dengan katub pengatur, katub ini gunanya untuk :

Ø       Masuknya lumpur pemboran pada saat diangkat

Ø       Mencegah cebakan udara dan air dalam tabung yang akan menjadi pengganggu naiknya conto atau rusaknya conto batuan.

Katup bola pengatur tidak selalu effektif penuh, karena kadang-kadang hal itu akan menyumbat katub dan menahan untuk tetap terbuka. Drive sampler ini yang bertindak sebagai alat bor, mempunyai dinding dengan ketebalan 5 inci, alat ini diselubungi dengan pipa pelindung (casing). Ada beberapa macam peralatan drive sampler, alat ini telah dikembangkan untuk berbagai macam soil, yaitu dengan menggunakan dinding sampler yang tipis. Membuat dinding yang setipis mungkin ini dimaksudkan untuk pengendalian sisipan conto batuan. Banyak juga drive sampler telah dikembangkan untuk berbagai mekanisme guna mendapatkan conto batuan sebaik mungkin.

 

Pengamanan :

Walaupun bor tumbuk ini biasanya dipasang pada suatu truk atau traktor, namun ada kalanya mesin langsung dipasang diatas tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pekerjaan pemboran yaitu :

Landasan mesin bor, landasan ini harus dipersiapkan dengan letak yang betul. Landasan ini perlu stabil mesinnya bisa selalu dalam keadaan mantap dan dapat menahan mesin bor serta peralatannya. Juga memudahkan operator bekerja dengan leluasa. Ukuran landasanya itu minimum 3,5 X 3,5 meter.

Demikian pula pada pemboran dasar sungai, untuk memudahkan dan keamanan, maka sesuai jaminan perlu dibuat “andang-andang” (scaffolding), dalam suatu rencana pekerjaan pemboran dasar sungai dan ini berarti penambahan biaya maupun waktu.

 

Keunggulan Bor Tumbuk

Bor tumbuk mempunyai keunggulan karena dapat menembus bongkah dalan cebakan pasir/kerikil dengan cepat dengan memecahkannya, conto yang didapatkan dalam drive sampler atau bailer cukup akurat dan relatif murah dan peralatannya cukup sederhana.

Pekerjaan ikutan sehubngan dengan pemboran tumbuk memberikan keunggulan sebagai berikut :

Ø       Dapat mengukur Bulk Density dari tanah, lempung (clay), pasir (sand), kerikil (gravel) dan lain-lain, dalam keadaan asli di lapangan.

Ø       Dapat mengukur koefisien perbandingan antara tanah terpadat dengan yang tak terpadat langsung di lapangan.

Pengamatan dan Perekaman Data Geologi

Diskripsi litologi hasil pemboran

Setiap conto yang diambil dari bailer harus langsung diamati seketika itu juga mutlak dikerjakan oleh geologist di lapangan maupun kemudian diverifikasi di laboratorium. Mengingat conto hasil pemboran tumbuk pengamatan khusus meliputi :

a.           Mengenai berbagai jenis batuan yang mudah pecah dan yang mudah menyambung kembali.

v      Litologi (warna, tekstur dsb), sifat kelunakan, kepadatan dan perlapisan.

v      Banyaknya air yang terkandung dalam batuan tersebut.

v      Keterangan mengenai batuan dari seluruh yang pecah seperti, sifat kebulatan,   prosentase jenis batuan dari keseluruhan volume jenis batuan itu, juga  keterangan dari sudut petrografi.

v      Keterangan-keterangan mengenai keistimewaan setiap lapisan batuan seperti kadar humus dalam suatu lapisan batuan, perubahan warnanya dan lain-lain.

v      Pengambilan macam-macam batuan tersebut seperti tempat pengambilan batuan, susunan struktur batuan yang rusak dan struktur batuan yang tidak rusak.

b.           Mengenai berbagai jenis batuan yang keras sampai agak keras dalam suatu lapisan batuan.

v       Litologi (warna, tekstur dsb), dari fragmen batuan dan semen batuan. Keterangan mengenai zat-zat kecil yang terkandung dalam batuan seperti susunan mineralogi, bentuk dan ukuran maupun letaknya, perubahan-perubahan yang mungkin ada.

v      Tingkat kekerasan batuan dan prosentase pengambilan dari lubang bor.

v      Tingkat kerusakan dan lain-lain.

 

Perekaman/Catatan Data Pemboran

Setelah diadakan pengamatan batuan seperti ini kemudian dilakukan pencatatan, catatan ini harus akurat, nyata, jelas, sistematis dalam format yang telah ditentukan serta bisa dijadikan dokumen yang dijamin kelamaannya. Pencatatan dilakukan pada format yang sudah tersedia yang disebut log, yang dan pencatatan dilakukan pada kolom-kolom dan kedalaman yang bersangkutan.

Pemerian batuan hasil pemboran ini akan menghasilkan catatan ringkas yang sebagian akan dimasukkan dalam Boring record, kadangkala disebut Drilling Record atau Drilling Log.

 

Penyimpanan Conto (Sample Storage)

Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran, diberi kolom-kolom sesuai dengan pengambilan sample sehingga kelak bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi kericuhan.

Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a.            Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya pipa bor.

b.            Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit.

c.            Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak boleh terlalu kental atau terlalu encer.

d.            Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat kita hindari.

e.            Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor.

f.             Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik kemungkinan material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya rangkaianpun menjadi besar pula.

g.            Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik, misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan.

h.            Untuk media loging I; maksudnya adalah penyampelan dengan bentuk sampel seperti log (silinder).

Berdasarkan bahan dasarnya lumpur bor dapat dibedakan menjadi tida macam, yaitu :

1.          Lumpur dasar air tawar (fresh water base mud)

2.          Lumpur dasar air asin (salt water base mud)

3.          Lumpur dasar air minyak (oil water base mud)

Selama proses pengeboran berlangsung tentunya tidak terlepas dari masalah, masalah yang mungkin timbul selama pengeboran diantaranya :

a.             Semburan liar, semburan liar biasanya terjadi pada pengeboran minyak bumi. Hal ini terjadi saat bor kita menembus batauan pengurung gas sehingga gas menekan lumpur bor ke atas dan gas akhirnya keluar permukaan. Jika pada saat pengeboran terjadi sembur liar sebaiknya kita segera meninggalkan lokasi pengeboran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

b.            Runtuh dinding, runtuhnya dinding dapat disebabkan oleh kondisi batuan yang kurang stabil atau dapat pula disebabkan oleh penggunaan lumpur yang kurang tepat.

c.             Hilang lumpur (mud loss) :

–          Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk ke dalam lapisan sebagian atau seluruhnya.

–          Dapat terjadi karena berat jenis lumpur bor terlalu besar, sehingga tekanan lumpur lebih besar dari tekanan lapisan.

–          Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out.

d.            Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih) mengembang sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang bor, pengembangan lapisan shale terjadi karena shale bereaksi dengan air yang berasal dari lumpur pengeboran, kejadian ini dapat mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor.

e.             Bit leleh, lelehnya bit atau mata bor yang dapat terjadi akibat kurang lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi.

f.              Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale yang mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak dihentikan.

g.            Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas diperbesar, tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh sloughing shale.

 

kaos edisi ke III

pengolahan bahan galian

PENDAHULUAN

Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal).

Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu bara  (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation).

Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :

  1. Mengurangi ongkos angkut.
    1. Mengurangi ongkos peleburan.
    2. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
    3. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.

Sedangkan metalurgi (metallurgy) adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk memperoleh logam (metal) melalui proses fisika dan kimia serta mempelajari cara-cara memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun paduannya (alloy). Metalurgi ada dua macam atau kelompok utama, yaitu :

  1. Metalurgi ekstraktif (extractive metallurgy).
    1. Metalurgi fisik dan ilmu bahan (physical metallurgy and material science).

Menurut Kirk-Othmer metalurgi ekstraktif adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengambilan (ekstraksi) logam dari bijih (ore = naturally occuring compounds) dan proses pemurniannya, sehingga sesuai dengan syarat-syarat komersial.

Metalurgi ekstraktif dibagi menjadi 3 (tiga) jalur, yaitu :

  1. Piro metalurgi (pyro metallurgy) yang dalam proses ekstraksinya menggunakan energi panas yang tinggi (bisa sampai 2.000oC).
  2. Hidro metalurgi (hydro metallurgy) yang menggunakan larutan kimia atau reagen organik untuk “menangkap” logamnya.
  3. Elektro metalurgi (electro metallurgy) yang memanfaatkan teknik elektro-kimia (antar lain elektrolisis) untuk memperoleh logamnya.

Perbedaan utama antara PBG dengan ekstraktif metalurgi adalah :

  • Pada PBG  : – bijih / mineral                  à tetap mineral

– kadar logam rendah       à kadar logam tinggi

– sifat-sifat fisik dan kimiaà tak berubah

  • Pada ekstraktif metalurgi   : – bijih / mineral                  à jadi logam (metal)

– sifat-sifat fisik dan kimiaà berubah

2.  PENGOLAHAN BAHAN GALIAN (PBG)

Tahap-tahap utama dalam proses PBG terdiri dari (lihat Lampiran A) :

2.1.  KOMINUSI ATAU REDUKSI UKURAN (COMMINUTION)

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang bertujuan untuk :

  1. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material pengotornya.
  2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya.
  3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain, misalnya reagen flotasi.

Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :

  1. Peremukan / pemecahan (crushing)
  2. Penggerusan / penghalusan (grinding)

Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

–  Tahap pertama / primer (primary stage)

–  Tahap kedua / sekunder (secondary stage)

–  Tahap ketiga / tersier (tertiary stage)

–  Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage)

2.1.1.  Peremukan / Pemecahan (Crushing)

Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.

Peralatan yang dipakai antara lain adalah :

  1. Jaw crusher
  2. Gyratory crusher
  3. Cone crusher
  4. Roll crusher
  5. Impact crusher
  6. Rotary breaker
  7. Hammer mill

2.1.2.  Penggerusan / Penghalusan (Grinding)

Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :

  1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
    1. Batang-batang baja (steel rods).
    2. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut semi autagenous mill (SAG).
    3. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling menggerus dan disebut autogenous mill.

Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :

  1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
    1. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
    2. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan galian atau bijihnya sendiri.
    3. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya sendiri.

2.2.  PEMISAHAN BERDASARKAN UKURAN (SIZING)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan yang berikutnya.

2.2.1.  Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

–    Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

–    Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah :

  1. Hand sieve
  2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
  3. Sieve shaker / rotap
  4. Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain :

  1. Stationary grizzly
  2. Roll grizzly
  3. Sieve bend
  4. Revolving screen
  5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
  6. Shaking screen
  7. Rotary shifter

2.2.2.  Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier.

Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu :

–    Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.

–    Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :

  1. Partition concept
  2. Tapping concept
  3. Rein concept

Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.

Peralatan yang umum dipakai dalam proses klasifikasi adalah :

  1. Scrubber
  2. Log washer
  3. Sloping tank classifier (rake, spiral & drag)
  4. Hydraulic bowl classifier
  5. Hydraulic clindrical tank classifier
  6. Hydraulic cone classifier
  7. Counter current classifier
  8. Pocket classifier
  9. Hydrocyclone
  10. Air separator
  11. Solid bowl centrifuge
  12. Elutriator

2.3.  PENINGKATAN KADAR ATAU KONSENTRASI (CONCENTRATION)

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus ditingkatkan dengan proses konsentrasi. Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah :

–    Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media berat.

–    Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.

–    Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.

–    Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain :

2.3.1.  Pemilahan (Sorting)

Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.

2.3.2.  Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)

Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada.

Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan fluidanya, yaitu :

–    Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium separation (HMS).

–    Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration.

–    Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).

Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut :

  1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.
  2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat mengendap lebih dahulu.
    1. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.

Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :

–    Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi.

–    Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.

–    Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.

Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :

  1. Jengkek (jig) dengan bermacam-macam rekacipta (design).
  2. Meja goyang (shaking table).
  3. Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator).
  4. Palong / sakan (sluice box).

2.3.3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)

Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1).

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

–    Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.

–    Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.

Media pemisah yang pernah dipakai antara lain :

–    Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3.

–    Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3.

–    Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 – 2,90.

–    Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh sebab itu hanya dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.

Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :

  1. Drum separator karena bentuknya silindris.
  2. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.

2.3.4.  Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor) dari mineral.

Kendala proses konsentrasi ini adalah :

–    Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar.

–    Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan.

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah :

–    Magnetit (Fe3 O4)

–    Kasiterit (Sn O2)

–    Ilmenit (Fe Ti O3)

–    Molibdenit (Mo S2)

–    Wolframit [(Fe, M) WO4]

–    Galena (Pb S)

–    Pirit (Fe S2)

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

–    Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.

–    Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

  1. Electrodynamic separator (high tension separator).
  2. Electrostatic separator yang terdiri dari :

–  plate electrostatic separator

–  screen electrostatic separator

2.3.5.  Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)

Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan (magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga) macam, yaitu :

–    Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).

–    Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).

–    Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya : kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].

Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :

–    Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.

–    Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang dipakai disebut magnetic separator yang terdiri dari :

  1. Induced roll dry magnetic separator.
  2. Wet drum low intensity magnetic separator yang arah aliran dapat :

–  concurrent

–  countercurrent

–  counter rotation

Sedang letak magnetnya bisa :

–    Suspended magnets

–    Suspended magnets with continuous removal

–    Cobbing drum

2.3.6.  Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)

Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap udara” atau “takut terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu bersifat “suka akan air” (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :

  1. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan terpentin.
  2. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
  3. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
  4. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.

Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :

–    Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung (mineral-mineral apungan) dengan gelembung-gelembung udara.

–    Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih mengandung banyak mineral-mineral pengotor.

–    Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

  1. Mechanical flotation yang terdiri dari berbagai variasi antara lain :

–  Agitair cell

–  Denver cell

–  Krupp cell

–  Outokumpu cell

–  Wemco-Fagregren cell

  1. Pneumatic flotation yang terdiri dari variasi :

–  Column cell

–  Cyclo cell

–  Davcra cell

–  Flotaire cell

2.4.  PENGURANGAN KADAR AIR / PENGAWA-AIRAN (DEWATERING)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi gravitasi dan flotasi.

Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :

2.4.1.  Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)

Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat. Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continuous).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

  1. Rake thickener.
  2. Deep cone thickener.
  3. Free flow thickener.

2.4.2.  Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)

Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan dapat dipisahkan padatan dari airnya.

Peralatan yang dipakai adalah :

  1. Vacuum (suction) filters yang terdiri dari :

–    intermitten, misalnya Moore leaf filter.

–    Continuous ada beberapa tipe, yaitu :

*   bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter, Dorrco filter.

*   bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American filter.

*   bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya : Oliver filter.

*   bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter.

  1. Pressure filter, misalnya :

–    Merrill plate and frame filter

–    Kelly pressure filter

–    Burt revolving filter

2.4.3.  Pengeringan (Drying)

Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu :

  1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
  2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :

–    tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (80o – 100o).

–    rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.

  1. Film type drier (atmospheric drum drier) ; silinder baja yang di dalamnya dialiri uap air (steam). Jarang dipakai.
  2. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam ruangan panas ; material yang kering akan terkumpul di bagian bawah ruangan. Cara ini juga jarang dipakai.

2.5.  PENANGANAN MATERIAL (MATERIAL HANDLING)

Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami PBG harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk ampas (tailing).

2.5.1.  Penanganan Material Padat Kering (Dry Solid Handling)

Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (ROM), maka harus ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat, maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih lanjut.

2.5.2.  Penanganan Lumpur (Slurry Handling)

Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi, maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.

2.5.3.  Penanganan / Pembuangan Ampas (Tailing Disposal)

Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena :

  1. Jumlahnya (volumenya) sangat banyak, antara 70% – 90% dari material yang ditambang.
  2. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B-3).
  3. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.

3. METALURGI EKSTRAKTIF (EXTRACTIVE METALLURGY) DAN PEMURNIAN (REFINING)

Tahapan proses (process aims) pada metalurgi ekstraktif (lihat Lampiran B, C dan D) adalah :

  1. Pemisahan (separation), yaitu pembuangan unsur, campuran (compounds) atau material yang tidak diinginkan dari bijih (sumber metal = source of metal).
  2. Pembentukan campuran (compound foramtion), yaitu cara memproduksi material yang secara struktur dan sifat-sifat kimianya berbeda dari bijihnya (sumbernya).
  3. Pengambilan/produksi metal (metal production), yaitu cara-cara memperoleh metal yang belum murni.
  1. Pemurnian metal (metal purification), yaitu pembersihan, metal yang belum murni (membuang unsur-unsur pengotor dari metal yang belum murni), sehingga diperoleh metal murni.

Metalurgi ekstraktif terdiri dari :

  1. Pirometalurgi (pyrometallurgy), menggunakan energi panas sampai 2.000o C.
  2. Hidrometalurgi (hydrometallurgy), menggunakan larutan dan reagen organik.
  3. Elektrometalurgi (electrometallurgy), memanfaatkan teknik elektro-kimia.

3.1.  PIROMETALURGI (PYROMETALLURGY)

Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang dicapai ada yang hanya 50o – 250o C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000o C (proses pembuatan paduan baja).       Yang umum dipakai hanya berkisar 500o – 1.600o C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.

Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic).

Sumber energi panas dapat berasal dari :

  1. Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).
  2. Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi.
  3. Energi listrik.
  4. Energi terselubung/tersembunyi (conserved energy = sensible heat), panas buangan dipakai untuk pemanasan awal (preheating process).

Peralatan yang umumnya dipakai adalah :

  1. Tanur tiup (blast furnace).
  2. Reverberatory furnace.

Sedangkan untuk pemurniannya dipakai :

  1. Pierce-Smith converter.
  2. Bessemer converter.
  3. Kaldo cenverter.
  4. Linz-Donawitz (L-D) converter.
  5. Open hearth furnace.

3.2.  HIDROMETALURGI (HYDROMETALLURGY)

Yaitu proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gramol) dan pada suhu < 100o C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif;

artinya hanya metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari material yang tak diinginkan.

Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah :

  1. Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
  2. Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan mudah dan murah.
  3. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses berikutnya.
  4. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.
  5. Zat pelarutnya harus dapat “diperoleh kembali” untuk didaur ulang.
  6. Zat yang diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung (clay minerals), karena akan sulit memisahkannya.
  7. Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas agar mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah.
  8. Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and non-toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator.

Peralatan yang dipergunakan adalah :

  1. Electrolysis / electrolytic cell.
  2. Bejana pelindian (leaching box).

3.3.  ELEKTROMETALURGI (ELECTROMETALLURGY)

Suatu proses ekstraksi logam yang memakai teknik elektro-kimia, misalnya : baterai dan elektrolisa (electrolysis = electrorefining). Pada proses ini kecuali diperlukan arus listrik sebagai sumber energi juga diperlukan elektroda (electrodes) dan cairan elektrolit (electrolyte).

Elektroda harus memiliki sifat-sifat :

  1. Konduktor listrik yang baik.
  2. Potensial yang terbentuk di sekitar elektroda harus rendah.
  3. Tidak mudah bereaksi dengan metal yang lain dan tidak membentuk campuran yang dapat mengganggu proses elektrolisa.

Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa berlangsung memuaskan, yaitu harus :

  1. Mudah diperoleh atau disiapkan dengan murah.
  2. Tahan korosi dalam zat larut.
  3. Stabil, kuat dan tidak mudah terkikis (resistance to abrasion).
  4. Harus murah harganya.

Elektrolit harus memiliki sifat-sifat :

  1. Memiliki daya hantar ion yang tinggi.
  2. Tidak mudah terurai atau bereaksi (high chemical stability).
  3. Memiliki daya larut yang tinggi bagi metal yang diinginkan.

reverensi : TAMBANG UNHAS

Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karena bila tidak terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain :

(1) lokasi kerja

(2) jalan tambang becek dan licin,

(3) stabilitas lereng  tambang rawan longsor

(4) peralatan tambang cepat rusak

(5) kesulitan mengambil contoh (sampling)

(6) efisiensi kerja menurun dan

(7) mengancam keselamatan dan kesehatan  kerja.

2. KONSEP PEMBENTUKAN AIR TANAH

2.1 Lapisan air tanah terkekang

2.2. Debit air tanah

3. PENYALIRAN

3.1 Efek air tambang

a. Efek langsung dari air terhadap penambangan.

b. Efek air tak langsung terhadap penambangan.

c. Efek air tak langsung ke sekitar aktifitas penambangan.

2. KONSEP PEMBENTUKAN AIR TANAH

2.1 Lapisan air tanah terkekang

2.2. Debit air tanah

3. PENYALIRAN

3.1 Efek air tambang

a. Efek langsung dari air terhadap penambangan.

b. Efek air tak langsung terhadap penambangan.

c. Efek air tak langsung ke sekitar aktifitas penambangan.

3.2 Pengendalian air tambang.

  1. 3.2.1 Membuat sump di dalam front           tambang (pit).
  2. 3.2.2 Membuat sumur dalam (sumur         bor) di dalam front  tambang.
  3. 3.2.3 Membuat sumur dalam (sumur         bor) di luar front tambang

3.2.4 Membuat paritan

3.2.5 Sistem adit

3.3 Pencegahan air tambang

3.3.1 Metoda Siemens

3.3.2 Cara elektro-osmosis

3.3.3 Cara penggalian 1 pemotongan  aliran air tanah

Catchment area/water divide

Catchment area adalah merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah gerak air.

Waktu konsentrasi

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke tempat penyaliran.

PERENCANAAN KOLAM PENAMPUNG (SUMP)

Sump (Kolam Penampung) merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan, serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur.

reverensi : tambang UNHAS

1. Arti Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan berikut :

  • Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan yang ingin dicapai.
  • Proses persiapan secara sistematik mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
  • Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menggunakan sumber dan kemampuan yang tersedia secara berdaya guna dan berdaya hasil.
  • Pembahasan dari persoalan, kemungkinan dan kesempatan yang dapat terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
  • Penentuan dari tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa tujuan dan kesempatan.

2.  Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan tergantung dari jenis perencanaan yang digunakan dan sasaran yang dituju, tetapi secara umum fungsi perencanaan dapat dikatakan antara lain sebagai berikut :

  • Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan.
  • Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan dan kegagalannya mungkin terjadi.
  • Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
  • Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
  • Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
  • Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.
  • Cara penggunaan dan penempatan sumber secara berdaya guna dan berdaya hasil.

3. Tujuan Perencanaan Tambang

Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih yang akan :

  • Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan biaya yang semurah mungkin.
  • Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa kriteria ekonomik seperti rate of return atau net present value.

4.  Masalah Perencanaan Tambang

Masalah perencanaan tambang merupakan masalah yang kompleks karena merupakan problem geometrik tiga dimensi yang selalu berubah dengan waktu. Geometri tambang bukan satu-satunya parameter yang berubah dengan waktu. Parameter-parameter ekonomi penting yang lain pun sering merupakan fungsi waktu pula.

5.  Ruang Lingkup Perencanaan Tambang

Agar perencanaan tambang dapat dilakukan dengan lebih mudah, masalah ini biasanya dibagi menjadi tugas-tugas sebagai berikut :

1. Penentuan batas dari pit

Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit limit) untuk suatu cebakan bijih. Ini berarti menentukan berapa besar cadangan bijih yang akan ditambang (tonase dan kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan bijih tersebut. Dalam penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu dari uang belum diperhitungkan.

2.  Perancangan pushback

Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk menambang habis cadangan bijih tersebut mulai dari titik masuk awal hingga ke batas akhir dari pit.  Perancangan pushback atau tahap-tahap penambangan ini membagi ultimate pit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah perancangan  tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana. Pada tahap ini elemen waktu sudah mulai dimasukkan ke dalam rancangan penambangan karena urut-urutan penambangan pushback telah mulai dipertimbangkan.

3.  Penjadwalan produksi

Menambang bijih dan lapisan penutupnya (waste) di atas kertas, jenjang demi jenjang mengikuti urutan  pushback, dengan menggunakan tabulasi tonase dan kadar untuk tiap  pushback yang diperoleh dari tahap 2).  Pengaruh dari berbagai kadar batas (cut off grade) dan berbagai tingkat produksi bijih dan waste dievaluasi dengan menggunakan kriteria nilai waktu dari uang, misalnya  net present value.  Hasilnya akan dipakai untuk menentukan sasaran jadwal produksi yang akan memberikan tingkat produksi dan strategi kadar batas yang terbaik.

4.  Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu

Dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan pada tahap 3), gambar atau peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap periode waktu (biasanya per tahun).  Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam tambang datangnya bijih dan  waste untuk tahun tersebut.  Rencana penambangan tahunan ini sudah cukup rinci, di dalamnya sudah termasuk pula jalan angkut dan ruang kerja alat, sedemikian rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat ditambang. Peta rencana pembuangan lapisan penutup (waste dump) dibuat pula untuk periode waktu yang sama sehingga gambaran keseluruhan dari kegiatan penambangan dapat terlihat.

5.  Pemilihan alat

Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan penutup dari tahap 4) dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap periode waktu.  Dengan mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat angkut dan alat muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap tahun). Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya (dozer, grader, dll.) dihitung pula.

6.  Perhitungan ongkos-ongkos operasi dan kapital

Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang dipilih, dapat dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan untuk mencapai sasaran produksi.  Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang dibutuhkan untuk operasi, perawatan dan pengawasan dapat ditentukan.  Akhirnya, ongkos-ongkos operasi, kapital dan penggantian alat dapat dihitung.

Catatan:

peta-peta yang dihasilkan dalam tahap 1), tahap 2) dan tahap 4) merupakan peta tampak atas (plan/level maps).

3. TAHAPAN DALAM PERENCANAAN

3.1  Pendahuluan

Tahapan dalam perencanaan menurut LEE (1984) dan Taylor (1977) dapat terbagi tiga tahap, yaitu :

1. Studi Konseptual.

Studi pada tahap pekerjaan awal ini merepresentasikan suatu transformasi dari suatu ide proyek kedalam usulan investasi yang luas dengan menggunakan metoda-metoda perbandingan dari definisi ruang lingkup dan teknik-teknik estimasi biaya untuk mengidentifikasikan suatu kesempatan investasi yang potensial. Biaya modal dan biaya operasi biasanya didekati dengan perkiraan nisbah yang menggunakan data historik.

Studi ini akan menekankan pada aspek investasi yang utama dari usulan penambangan yang memungkinkan. Persiapan studi ini pada umumnya adalah pekerjaan dari satu atau dua insinyur. Hasil dari studi ini dilaporkan sebagai evaluasi awal.

Studi ini sering juga disebut order of magnitudes studies atau scoping studies.

Pada umumnya berdasarkan data sementara/tak lengkap dan yang keabsahannya masih diragukan.

Hasilnya biasanya merupakan suatu dokumen intern dan tidak disebarluaskan di luar perusahaan yang bersangkutan.

Di samping meninjau kemungkinan diteruskannya proyek ini, tujuan lainnya adalah menentukan topik yang harus dievaluasi secara mendalam pada studi yang lebih rinci di masa yang akan datang.

2.       Pra Studi Kelayakan

Srudi ini adalah suatu pekerjaan pada tingkat menengah (intermedia) dan secara normal tidak untuk mengambil keputusan. Studi ini mempunyai obyektif didalam penentuan apakah konsep proyek tersebut menjustifikasi suatu analisis detail oleh suatu studi kelayakan (apakah studi kelayakan diperlukan) dan apakah setiap aspek dari proyek adalah kritis dan memerlukan suatu investigasi yang mendalam melalui suatu studi pendukung.

Studi ini harus dipandang sebagai suatu tahap menengah antara studi konseptual yang tidak mahal dan suatu studi kelayakan yang relatif mahal. beberapa dari studi ini dibuat oleh suatu tim (terdiri 2 & 3 orang). Kedua atau ketiga orang ini mempunyai akses ke konsultan dalam berbagai bidang, selain dapat berupa usaha dari multi group.

Data yang digunakan lebih lengkap dan kualitasnya lebih baik.

Beberapa pekerjaan paling tidak telah dilakukan untuk semua aspek penting dari proyek seperti pengujian metalurgi bijih, geoteknik, lingkungan, dsb.

Bagi perusahaan tambang besar, studi pra-kelayakan ini cenderung masih dianggap sebagai dokumen intern. Perusahaan yang lebih kecil sering menggunakan dokumen ini untuk mencari dana di pasar modal untuk membiayai studi-studi selanjutnya. (Ingat kasus Bre-X/Busang!).

3. Studi Kelayakan

Sering pula disebut sebagai bankable feasibility study. Hasilnya merupakan suatu bankble document yang hampir selalu ditujukan untuk mencari modal untuk membiayai proyek tersebut. Karena itu, dokumen yang dihasilkan ini biasanya disebarluaskan pula di luar perusahaan.

Semua aspek utama harus dibahas dalam tahap ini. Hampir semua aspek tambahan harus dibahas pula.

3.2  Biaya Perencanaan

Biaya perencanaan (Lee, 1984) bervariasi bergantung kepada ukuran dan faktor alamiah proyek, tipe dari studi yang dilakukan, jumlah alternatif yang harus diteliti dan sejumlah faktor lain.

Atau bisa dinyatakan dalam persamaan berikut :

Biaya = f (ukuran & sifat dari proyek, jenis studi, jumlah

alternatif yang diinvestigasi, dll).

Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi tidak termasuk seperti ongkos pemilikan seperti ongkos pengeboran eksplorasi, uji metalurgi, lingkungan dan studi hukum, atau studi pendukung lainnya, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari biaya modal dari proyek :

Studi konseptual  =  0,1 – 0,3 % dari biaya total

Studi pra kelayakan     =  0,2 – 0,8 % dari biaya total

Studi kelayakan  =  0,5 – 1,5 % dari biaya total

3.3  Akurasi dari Estimasi

3.3.1 Tonase dan kadar

Pada tahap studi kelayakan, karena pengambilan sampel yang banyak dan pemeriksaan yang berulang, kadar rata-rata dari penambangan dari beberapa tonase yang diumumkan, disukai karena diketahui memiliki limit yang dapat diterima, katakanlah 5%, dan diturunkan dari metoda statistik yang standar. Walaupun tonase yang pasti dari bijih mungkin untuk tambang terbuka diketahui jika pemboran eksplorasi dari permukaan, dalam kenyataannya tonase ultimat dari banyak endapan bervariasi karena ia tergantung pada biaya harga dihubungkan dengan panjang waktu proyek.

Dua standar yang penting yang dapat didefinisikan untuk sebagian besar tambang terbuka adalah :

1. Cadangan minimum bijih harus sebanding untuk keperluan yang dibutuhkan untuk seluruh tahun Cash Flow yang diproyeksikan dalam laporan studi kelayakan haruslah diketahui dengan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Sebuah tonase ultimat yang potensial, diproyeksikan berlanjut dan optimistik, seharusnya dikalkulasikan dengan baik untuk mendefinisikan area tambahan yang berpengaruh untuk penambangan, dan dimana dumping area serta abngunan pabrik musti diletakkan.

3.3.2  Unjuk kerja

Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk kerja yang stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam organisasi yang baik dan pengorganisasian alat (misal Shovel dan Truck) secara tepat. Unjuk kerja akan terganggu jika pekerjaan tambahan (pengupasan tanah penutup dalam sebuah pit) tidak mencukupi. Pemeliharaan harus dilakukan dan pekerjaan ini harus dijadwalkan secara baik dan disediakan dalam laporan studi kelayakan.

3.3.3          Biaya

Beberapa mata biaya, terutama ongkos oeprasi di lapangan, hanya berbeda sedikit dari tiap tambang dan dapat diketahui secara detail. Beberapa mungkin unik atau sukar untuk diperkirakan. Umumnya akurasi dalam modal atau estimasi biaya operasi kembali kepada akurasi dalam kuantitas, kuota yang ada atau unit harga,  kecukupan ketentuan untuk ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir menunjukkan adanya batas yang meningkat.

Akurasi dari modal dan estimasi dari biaya operasi meningkat ketika proyek meningkat dari studi konseptual ke pra kelayakan dan tahap studi kelayakan. Normalnya range yang bisa diterima untuk akurasi diberikan sebagai berikut :

Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total

Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya total

Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total.

3.3.4          Harga dan perolehan

Pendapatan selama umur tambang adalah kategori utama dari uang. Itu harus membayar seluruhnya, termasuk pembayaran kembali dari investasi awal dari uang. Krena pendapatan adalah dasar yang terbesar dalam mengukur faktor ekonomi tambang sehingga lebih sensitif mengubah penerimaan daripada mengubah faktor-faktor lain dari jenis-jenis pengeluaran.

Penerimaan ditentukan oleh kadar, recovery, dan harga dari produk metal. Oleh karenanya, harga adalah: (a) sejaun ini sangat sulit untuk estimasi dan (b) suatu jumlah yang besar diluar dari kontrol estimator. Walaupun mengabaikan inflasi, harga pembelian secara lebar bervariasi terhadap waktu. kecuali komoditi yang bisa dikontrol dengan tepat, mereka mengarah untuk mengikuti bentuk siklus.

Departemen pemasaran harus menginformasikan hubungan suplai dan permintaan dan pergerakan harga metal. Mereka dapat juga menyediakan harga rata-rata metal di luar negeri dalam harga dolar sekarang, baik kemungkinan maupun konservatif. Harga terakhir berkisar 80% dari kemungkinan atau lebih. Idealnya, walaupun pada harga konservatif, harus tetap menguntungkan.

4.  CHECKLIST DATA AWAL YANG HARUS DIKUMPULKAN

Pada awal tahap perencanaan untuk setiap proyek (tambang) yang baru, terdapat banyak faktor dari berbagai jenis yang harus dipertimbangkan. Beberapa faktor tersebut dapat dengan mudah diperoleh, sedangkan beberapa faktor lain diperoleh dengan suatu keharusan melakukan studi yang mendalam (misalnya geometri pit).

Untuk menghindari ketidaklengkapan data, maka sebaiknya dibuat suatu checklist (rebel, 1975, “Field Work Program Checklist for New Properties”).

Checklist Item

1.      Topografi

  1. USGS maps  ®  1 : 500      1 : 1000

b.  Special Aerial or lamd survey establish control stations

2.  Kondisi iklim (Climate condition)

a.  Ketinggian

b.  Temperatur  ®  rata-rata bulanan sudah cukup.

c.  Prespitasi (untuk penirisan)

  • rata-rata presipitasi tahunan
  • rata-rata curah hujan bulanan
  • rata-rata Run-off (keadaan normal dan flood/banjir)

d.  Angin, maks, tercatat dalam arah.

e.  Kelembaban.

f.  Delay.

g.  Awan, fog.

3.  Air

a.  Sumber : mata air, sungai, danau, bor.

b.  Ketersediaan : hukum, kepemilikan, biaya.

c. Kuantitas : ketersediaan perbulan, kesempatan aliran, kemungkinan lokasi bendungan.

d.  Kualitas : sampel, perubahan-perubahan kualitas, efek kontaminasi.

e.  Sewage Disposal Methode.

4.  Struktur Geologi

a.  Dalam daerah tambang.

b.  Disekeliling daerah tambang.

c.  Kemungkinan gempa bumi.

d.  Akibat pada slope (maks. slope).

e.  Estimasi dan kondisi fondasi.

5.  Air Tambang

a.  Kedalaman.

b.  Konduktivitas.

c.  Metode Penirisan.

6.      Permukaan

a. Vegetasi : tipe, metode pembabatan, biaya.

b. Kondisi yang tidak biasa : danau, endapan deposit, pohon-pohon besar.

7.  Tipe/Jenis Batuan (Bijih, overburden)

a.  Sample untuk uji kemampuan dibor.

b. Fragmentasi : Hardness, derajat pelapukan, bidang-bidang diskontinu, kecocokan untuk jalan.

8.  Lokasi untuk Konsentrator.

a.  Lokasi tambang, Haul up hill, down hill.

b.  Preparasi lokasi (cut, fill).

c.  Proses air : gravitasi, pompa.

d.  Tailing Disposal.

e.  Fasilitas pemeliharaan.

9.  Tailing Pond (daerah)

a.  Lokasi pipa.

b.  Alamiah, bendungan, danau.

c.  Pond overflow.

10. Jalan

a.  Peta jalan

b.  Informasi jalan-jalan yang ada :

·  lebar, permukaan, batas maksimum beban

·  batas maksimum load sesuai musim

·  pemeliharaan.

c.  Jalan yang dibuat (harus) oleh perusahaan

·  panjang

·  profile

·  cut and file

·  jembatan

·  pengkondisian tanah

·  dll.

11.    Power

a.  Ketersediaan (PLN) : kilovolt, jarak (terdekat), biaya.

b.  Kabel ke SIB.

c.  Lokasi sub station.

d.  Kemungkinan untuk power station sendiri.

12.    Smelting

a.  Ketersediaan pabrik.

b.  Metode pengapalan : jarak, alat angkut, awak, reet, dll.

c.  Biaya.

d. Aspek terhadap lingkungan.

e.  Rel KA, dok.

13.    Kepemilikan lahan

a.  Kepemilikan : begara, pribadi.

b.  Tata guna lahan.

c.  Harga tanah.

d.  Jenis oplians : sewa, beli, dll.

14. Pemerintah

a.  Suasana politik.

b.  Hukum, UU pertambangan.

c.  Keadaan lokal.

15. Kondisi ekonomi

a.  Industri utama yang ada, berpengaruh ke infrastruktur.

b.  Kesediaan tenaga kerja.

c.  Skala penggalian.

d.  Struktur pajak.

e.  Ketersediaan sarana, toko, rumah sakit, sekolah, rumah.

  1. Ketersediaan material, termasuk bensin, semen, gravel.

g.  Pembelian.

16.    Lokasi Pembuangan (waste) : tambang, rumah sakit, perumahan

a.  Jarak.

b.  Profil jalan.

c.  Kekungkinan proses lebih lanjut.

17. Aksessibilitas dari kota utama ke luar

a.  Metode transportasi.

b.  Realibilitas dan transportasi yang tersedia.

c.  Komunikasi.

18. Metode mendapatkan informasi

a.  Past records (pemerintah).

b.  Memelihara alat-alat komunikasi

c.  Mengunpulkan conto.

d.  Pengukuran dan pengamatan lokasi lapangan.

e.  Survey lapangan

  1. Layout pabrik.

g.  Check untuk load informasi

h.  Check hukum lokal.

  1. Personal inquiry dan observasi suasana politik dan ekonomi.
  2. Peta-peta.

k.  Cost inquiries.

  1. Material.

m.  Membuat utility, avaliability, inquiries.

 

reverensi : tambang UNHAS